Pelan -- pelan aku masuk ke dalam. Aneh, tak ada yang menghiraukanku. Ck..sudahlah. aku mencari mamak ke kamar. Kudapati mamakku tengah terduduk di pojok kamar, bahunya berguncang. Hati -- hati kudekati mamak. Lalu kusentuh bahunya.
"Ono opo to mak?" tanyaku pelan. Mamak tak merespon. Aku mulai kesal, kembali ke ruang tamu. Sesosok tubuh terbaring di balik kain panjang motif batik. Sekar sesenggukan di sisi kanan sosok itu. aku tak bisa menahan rasa penasaranku lagi. Kubuka kain penutup sosok itu. aku terkulai. Itu wajahku. Ah..hari ini wajah itu terlihat lebih pucat dari biasanya, bibir itu semakin kering, lelap benar aku tertidur, seperti mengarungi mimpi yang tak bertepi.
Aku beranjak, menerobos keluar, berlari kencang kembali mengarungi padang rumput. Hari ini, Ahmad Latif Maulana, lelaki berwajah teduh, belum genap seminggu aku mengenalnya, ia berencana meminangku. Tapi, Izrail datang lebih dulu untuk meminangku dan aku tidak bisa menolak pinangan itu.
Ah..kenapa cinta datang terlalu lama dan pergi begitu cepat? Seperti kata Pasangger dalam lirik lagunya.
Kau hanya butuh cahaya ketika redup
Hanya merindukan mentari saat salju mulai turun
Hanya tahu kau mencintainya saat kau membiarkannya pergi
Menatap langit-lagit dalam kegelapan
Perasaan hampa yang sama mengisi hatimu
Karena cinta datang begitu lambat dan  pergi begitu cepat
Dan kau membiarkannya pergi