"Itu teh bapakmu!" Emak menukas sengit, lalu bergegas ke ruang tamu, mengambil sesuatu di samping TV.
"Nih.." Emak menyodorkan undangan biru muda itu di hadapan Saprol.
"Zurai dan Komar?" Saprol mengeja nama di undangan itu.
"Keduluan Komar Prol..Prol.." Emak terpingkal. Seketika wajah Saprol pias, menghela nafas dalam lalu dihempaskan begitu saja.
"Mak! Ayam jagoku mana?" Saprol berteriak di muka kandang
"Ini, Â Mak adu di dalam kuali" aroma sedap gulai ayam menyeruak dari arah dapur. Saprol diam, tak bereaksi.
"Genap sudah perasaan ini hancur" Saprol duduk bersandar di kandang ayam dengan mata kosong.
"Ha..ha..ha..Saprol patah hati?" Burhan terkekeh mengerjapkan mata nakal
"Tak kusangka lelaki sepertimu bisa patah hati, ck..ck..?" Bagio berdecak heran. Lagi, Saprol meninggalkan permainan gap yang baru dimulai.
      Jauh sebelum Subuh, Saprol sudah bangun, bahkan mendahului bapaknya. Usai mengambil wudhu, Saprol mengunci pintu kamar, tak mau dilihat emaknya, padahal maknya sudah tahu.
      "Doamu terkabul Pakne" Emak membangunkan Bapak