Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Winning Mindset Generasi Z: Antara Ambisi, Etika, dan Tantangan Kegagalan

10 September 2024   23:42 Diperbarui: 11 September 2024   14:57 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Shutterstock via KOMPAS.com

Sebaliknya, penyesuaian konsep winning mindset dengan menambahkan elemen adaptabilitas memungkinkan Generasi Z untuk menavigasi perubahan dengan lebih baik, tetap termotivasi, dan menyesuaikan strategi mereka sesuai keadaan (Hollingworth & McLellan, 2016).

Kegagalan sering kali menjadi ujian sejati bagi winning mindset. Pola pikir ini bisa kehilangan relevansinya jika tidak disertai dengan kesiapan mental untuk menghadapi kegagalan. Generasi Z perlu mengembangkan apa yang disebut sebagai "grit" atau ketabahan—kemampuan untuk tetap bertahan dan bekerja keras meskipun menghadapi kesulitan.

Penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki grit cenderung lebih berhasil dalam jangka panjang karena mereka tidak mudah menyerah saat menghadapi rintangan. Mereka mampu mempertahankan semangat dan motivasi bahkan ketika gagal, yang menunjukkan bahwa winning mindset yang dipadukan dengan ketabahan bisa menjadi kombinasi yang kuat (Duckworth, 2016).

Selain itu, penting bagi Generasi Z untuk mengubah persepsi mereka terhadap kegagalan dengan menganggapnya sebagai umpan balik yang berharga, bukan sebagai bukti ketidakmampuan. Winning mindset yang telah diadaptasi untuk menerima kegagalan dapat membantu mereka mempelajari apa yang tidak berhasil dan membuat perbaikan yang diperlukan.

Dengan cara ini, kegagalan menjadi bagian integral dari pertumbuhan, bukan hambatan yang harus dihindari. Generasi Z yang mengembangkan pendekatan ini akan lebih siap untuk menghadapi ketidakpastian dan tetap percaya diri dalam upaya mereka untuk mencapai tujuan jangka panjang (Sheldon et al., 2019).

Kesimpulannya, winning mindset memerlukan penyesuaian agar tetap relevan di tengah kegagalan dan ketidakpastian. Pola pikir ini harus digabungkan dengan fleksibilitas, ketabahan, dan kemauan untuk belajar dari kegagalan agar Generasi Z dapat terus maju tanpa kehilangan motivasi.

Seperti yang diungkapkan oleh filsuf Friedrich Nietzsche, “That which does not kill us makes us stronger.” Kata-kata ini menekankan bahwa pengalaman pahit, termasuk kegagalan, adalah kesempatan untuk memperkuat diri dan tumbuh menjadi lebih baik, bukan alasan untuk menyerah.

Kesimpulan

Winning mindset bagi Generasi Z bukan sekadar pola pikir yang mendorong mereka untuk meraih keberhasilan, tetapi merupakan fondasi yang memampukan mereka menghadapi tantangan dengan keberanian, ketahanan, dan fleksibilitas. Dalam konteks dunia yang dinamis dan penuh persaingan, winning mindset tidak hanya membentuk cara pandang Generasi Z terhadap kesuksesan, tetapi juga bagaimana mereka merespons kegagalan dan ketidakpastian.

Winning mindset yang sehat mengintegrasikan ambisi dengan keseimbangan etis, mendorong kolaborasi di tengah persaingan, serta memupuk ketangguhan dalam menghadapi kesulitan.

Namun, penting bagi Generasi Z untuk terus mengembangkan versi winning mindset yang adaptif, yang mengakui nilai proses, menerima kegagalan sebagai pelajaran, dan menempatkan integritas di atas segala pencapaian (Dweck, 2017; Duckworth, 2016).

Dengan demikian, winning mindset yang berimbang mampu menjadi kunci bagi Generasi Z untuk mencapai kesuksesan sejati—yang tidak hanya terukur dari hasil, tetapi juga dari cara mereka bertumbuh menjadi pribadi yang bijaksana, tangguh, dan beretika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun