Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lima Makna Pembaharuan Iman dan Spiritualitas Idul Adha Kita

16 Juni 2024   00:23 Diperbarui: 17 Juni 2024   03:17 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lima Makna Pembaharuan Iman dan Spiritualitas Idul Adha Kita | Dok. FREEPIK

Dalam kehidupan keluarga, kita juga dapat melihat pentingnya kepatuhan tanpa syarat kepada Allah SWT. Ketika kita mendidik anak-anak kita, ada kalanya kita harus mengambil keputusan yang mungkin tidak populer di mata mereka atau masyarakat, namun kita yakin keputusan tersebut adalah yang terbaik menurut ajaran Islam. 

Sebagai contoh, mengajarkan anak-anak untuk shalat tepat waktu, meskipun itu mengganggu jadwal bermain mereka, adalah bentuk kepatuhan kepada Allah SWT yang membutuhkan ketegasan dan keteladanan dari kita sebagai orang tua. 

Idul Adha mengingatkan kita bahwa kepatuhan ini bukan hanya tentang menjalankan perintah-perintah yang mudah, tetapi juga tentang menghadapi tantangan dengan kesabaran dan keimanan yang kuat.

Kepatuhan tanpa syarat kepada Allah SWT juga tercermin dalam cara kita menjalani kehidupan sosial dan interaksi dengan orang lain. Dalam masyarakat, kita sering kali dihadapkan pada tekanan untuk mengikuti norma-norma yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai Islam. 

Misalnya, dalam menjaga pergaulan yang sehat dan menghindari perbuatan maksiat, kita harus siap menghadapi cibiran atau bahkan pengucilan dari lingkungan sekitar.

Idul Adha mengajarkan kita untuk tetap teguh dalam ketaatan kepada Allah SWT, meskipun itu berarti harus berdiri sendiri atau menghadapi tantangan besar. 

Dengan meneladani keteguhan Nabi Ibrahim AS, kita diajak untuk selalu siap menerima dan menjalankan perintah Allah SWT dengan penuh kepasrahan dan keyakinan, yakin bahwa kepatuhan ini adalah jalan terbaik menuju ridha-Nya.

3. Solidaritas dan Kepedulian 

Sayyid Qutb, seorang pemikir Islam terkemuka, melihat Idul Adha sebagai waktu untuk memperkuat solidaritas dan kepedulian sosial.

Melalui pembagian daging kurban kepada yang membutuhkan, Idul Adha mengajarkan umat Islam untuk peduli terhadap sesama, terutama mereka yang kurang beruntung. Ini adalah cerminan dari keadilan sosial dan tanggung jawab bersama dalam membangun masyarakat yang harmonis dan saling membantu.

Sayyid Qutb mengajarkan kita bahwa Idul Adha adalah saat yang tepat untuk memperkuat solidaritas dan kepedulian sosial. Melalui tindakan kurban, kita diingatkan untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan, mencerminkan semangat kebersamaan dan tanggung jawab sosial dalam Islam. 

Dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara. Misalnya, saat Idul Adha tiba, kita dapat mengorganisir kegiatan pembagian daging kurban tidak hanya kepada kerabat dan tetangga, tetapi juga kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan, seperti kaum fakir miskin dan yatim piatu. Dengan cara ini, kita tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga membangun ikatan sosial yang kuat dan mendalam di dalam komunitas kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun