Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lima Makna Pembaharuan Iman dan Spiritualitas Idul Adha Kita

16 Juni 2024   00:23 Diperbarui: 17 Juni 2024   03:17 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lima Makna Pembaharuan Iman dan Spiritualitas Idul Adha Kita | Dok. FREEPIK

Dalam situasi seperti ini, keteladanan Nabi Ibrahim AS mengajarkan kita untuk berani menolak godaan duniawi demi menjaga integritas dan ketaatan kepada Allah SWT. 

Selain itu, ketika kita melihat saudara kita yang membutuhkan, pengorbanan Idul Adha mengingatkan kita untuk berbagi dan membantu mereka meskipun itu berarti mengurangi kenyamanan atau harta kita sendiri. Pengorbanan yang dilakukan dengan niat tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah akan selalu membawa berkah dan ridha-Nya.

Idul Adha juga mengajarkan kita untuk merelakan hal-hal yang kita cintai demi menjalankan perintah Allah SWT, seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. 

Dalam keluarga, kita mungkin dihadapkan pada situasi di mana kita harus memilih antara menyenangkan anggota keluarga atau menjalankan ibadah dan tanggung jawab kita sebagai Muslim. 

Misalnya, ketika keluarga besar merayakan acara yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, kita diajarkan untuk dengan lembut dan bijaksana menegakkan prinsip-prinsip agama kita, meskipun itu mungkin mengecewakan mereka. 

Dengan demikian, Idul Adha menjadi waktu reflektif untuk menilai sejauh mana kita siap mengorbankan kepentingan pribadi demi meraih ketakwaan dan kedekatan dengan Allah SWT, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.

2. Kepatuhan Tanpa Syarat kepada Allah

Hasan Al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin, menekankan bahwa Idul Adha adalah momen untuk merenungkan kepatuhan tanpa syarat kepada Allah SWT.

Kepatuhan Nabi Ibrahim AS yang siap mengorbankan putranya atas perintah Allah SWT menunjukkan bahwa seorang Muslim harus selalu siap menerima dan menjalankan perintah Allah SWT tanpa ragu atau syarat apapun. Ini adalah bentuk kepasrahan dan keimanan yang total kepada kehendak Ilahi.

Hasan Al-Banna mengajarkan kita bahwa Idul Adha adalah saat untuk merenungkan kepatuhan tanpa syarat kepada Allah SWT. Kepatuhan Nabi Ibrahim AS yang siap mengorbankan putranya atas perintah Allah SWT adalah contoh paling kuat dari kepasrahan total dan keimanan yang mendalam. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada situasi yang menguji sejauh mana kita bersedia menjalankan perintah Allah tanpa ragu. 

Misalnya, ketika kita menghadapi dilema moral di tempat kerja, seperti godaan untuk berbuat curang demi keuntungan pribadi, kita diingatkan untuk memilih kejujuran dan integritas, meskipun itu berarti harus menghadapi konsekuensi yang sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun