Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lima Makna Pembaharuan Iman dan Spiritualitas Idul Adha Kita

16 Juni 2024   00:23 Diperbarui: 17 Juni 2024   03:17 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lima Makna Pembaharuan Iman dan Spiritualitas Idul Adha Kita | Dok. FREEPIK

5) Pembaharuan iman dan spiritualitas.

Dengan merenungkan kelima makna ini, kita diajak untuk tidak hanya merayakan Idul Adha secara ritual, tetapi juga memahami dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Setiap makna mengandung nilai-nilai yang dapat memperkuat keimanan dan mengarahkan kita kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah SWT.

Ketika kita menjalani hidup dengan kesadaran akan pengorbanan, kepatuhan, solidaritas, kesementaraan dunia, dan pembaharuan iman, kita akan mampu membentuk diri menjadi pribadi yang lebih baik, bermanfaat bagi lingkungan sekitar, dan mencapai kebahagiaan hakiki yang diidamkan setiap Muslim.

Melalui renungan filosofis reflektif ini, mari kita bersama-sama menggali makna terdalam dari Idul Adha dan menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan kita.

Semoga dengan memahami dan menghayati pesan-pesan ini, kita dapat memperkuat ikatan spiritual kita dengan Allah dan meningkatkan kualitas hidup kita sebagai hamba yang taat dan beriman.

1. Pengorbanan sebagai Wujud Ketakwaan

Idul Adha adalah simbol pengorbanan yang mendalam dalam Islam. Dalam perspektif Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah, pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS adalah manifestasi tertinggi dari ketakwaan dan kepatuhan total kepada Allah SWT

Pengorbanan tersebut menunjukkan bahwa ketaatan kepada Allah harus melebihi kecintaan kepada hal-hal duniawi, termasuk keluarga. Ini mengajarkan bahwa ketakwaan sejati membutuhkan pengorbanan pribadi dan keteguhan dalam menjalankan perintah Allah.

Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah mengajarkan kita bahwa Idul Adha adalah saat untuk merenungkan pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS sebagai puncak ketakwaan dan kepatuhan kepada Allah SWT. Pengorbanan ini mengingatkan kita bahwa ketaatan kepada Allah harus berada di atas segala hal, termasuk kecintaan terhadap keluarga dan harta benda. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan yang menguji keimanan dan kepatuhan kita kepada Allah. Ketika kita harus memilih antara menjalankan perintah Allah atau mengikuti keinginan duniawi, Idul Adha mengajarkan kita untuk selalu mendahulukan perintah-Nya, meskipun itu berarti mengorbankan hal-hal yang sangat kita cintai.

Contoh konkret dari ajaran ini dapat kita lihat dalam situasi ketika kita harus membagi waktu antara ibadah dan pekerjaan. Mungkin kita dihadapkan pada kesempatan bisnis yang menguntungkan, namun mengharuskan kita melanggar prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan yang diajarkan Islam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun