Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tipe Kepribadian INFJ-A vs INFJ-T dalam Konteks School Value Proposition "Cerdas Berintegritas"

3 Maret 2024   00:10 Diperbarui: 3 Maret 2024   00:14 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Dalam dunia pendidikan yang semakin berkembang, peran guru bukan hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai pembimbing dan fasilitator untuk pertumbuhan holistik siswa. Setiap siswa membawa ke dalam kelas mereka pengalaman, preferensi, dan kepribadian yang unik. Mengetahui dan memahami perbedaan individu ini adalah kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung. Salah satu alat yang dapat membantu guru dalam memahami keunikan siswa adalah Tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), yang membagi kepribadian menjadi 16 tipe, termasuk INFJ-A (Assertive) dan INFJ-T (Turbulent).

Sebagaimana dikatakan oleh Maya Angelou, seorang penyair, pendongeng, aktivis, dan penulis otobiografi Amerika yang terkenal, "People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel." Kutipan ini menyoroti pentingnya guru untuk memperhatikan kondisi masing-masing siswa secara individual, karena pengalaman dan interaksi dalam kelas dapat berdampak jauh lebih besar daripada sekadar pengetahuan yang disampaikan. Dengan memahami perbedaan antara tipe kepribadian INFJ-A dan INFJ-T, guru dapat menyesuaikan pendekatan pembelajaran mereka, memberikan dukungan yang sesuai, dan menciptakan pengalaman pembelajaran yang bermakna bagi setiap siswa. Dalam artikel ini, akan dieksplorasi pentingnya guru memperhatikan satu-persatu berdasarkan Tipe Kepribadian INFJ-A vs INFJ-T dalam konteks pendidikan, khusus sekolah yang memiliki School Value Proposition "Cerdas Beritegritas", serta bagaimana hal ini dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dan kesejahteraan siswa.

INFJ-A (Assertive) vs INFJ-T (Turbulent)

Dalam Tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), INFJ mengacu pada salah satu dari 16 tipe kepribadian yang didasarkan pada preferensi individu dalam empat dimensi: Introversion (I) vs Extraversion (E), Intuition (N) vs Sensing (S), Feeling (F) vs Thinking (T), dan Judging (J) vs Perceiving (P). INFJ merupakan singkatan dari Introverted, Intuitive, Feeling, dan Judging.

Ada dua variasi INFJ yang dapat diidentifikasi dalam MBTI, yaitu INFJ-A (Assertive) dan INFJ-T (Turbulent):

  1. INFJ-A (Assertive):

    • Cenderung lebih stabil secara emosional.
    • Lebih mampu untuk tetap tenang dan terkendali dalam situasi-situasi stres.
    • Memiliki kecenderungan untuk memiliki keyakinan diri yang lebih kuat.
    • Lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan dan tantangan.
  2. INFJ-T (Turbulent):

    • Cenderung lebih sensitif terhadap stres.
    • Mungkin merasa lebih ragu-ragu dan cemas dalam pengambilan keputusan.
    • Rentan terhadap fluktuasi emosi yang lebih besar.
    • Lebih peduli dengan penilaian orang lain terhadap mereka.

Dalam konteks pendidikan, pemahaman tentang perbedaan antara INFJ-A dan INFJ-T dapat membantu guru memahami kebutuhan dan preferensi siswa mereka secara lebih baik. Berikut adalah beberapa cara di mana pemahaman ini dapat bermanfaat:

  1. Menyesuaikan Pendekatan Pembelajaran: Guru dapat menyesuaikan pendekatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan emosional dan preferensi siswa INFJ-A atau INFJ-T. Misalnya, memberikan lebih banyak dukungan dan umpan balik positif kepada siswa INFJ-T yang mungkin lebih rentan terhadap stres.

  2. Mengelola Situasi Stres: Pemahaman tentang kecenderungan siswa INFJ-T terhadap stres dapat membantu guru dalam mengelola situasi-situasi kelas yang menegangkan. Guru dapat memberikan strategi coping dan dukungan tambahan kepada siswa INFJ-T untuk membantu mereka mengatasi stres akademik dan sosial.

  3. Mendorong Pengembangan Diri: Guru dapat membantu siswa INFJ-A dan INFJ-T dalam mengenali dan mengembangkan kekuatan mereka masing-masing. Misalnya, dengan memberikan kesempatan kepada siswa INFJ-A untuk mengambil peran kepemimpinan dalam proyek kelompok, sementara memberikan dukungan tambahan kepada siswa INFJ-T untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Pemahaman yang mendalam tentang tipe kepribadian INFJ-A vs INFJ-T dapat membantu guru dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung untuk semua siswa, memungkinkan mereka untuk berkembang secara optimal dalam konteks pendidikan yang beragam.

Sejarah Singkat Personality Model INFJ-A vs INFJ-T dalam Tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI)

Tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) dikembangkan oleh Katharine Cook Briggs dan putrinya, Isabel Briggs Myers, berdasarkan teori kepribadian yang diusulkan oleh psikolog Swiss, Carl Jung. MBTI membagi kepribadian menjadi 16 tipe berdasarkan preferensi individu dalam empat dimensi psikologis: Introversion vs Extraversion, Intuition vs Sensing, Feeling vs Thinking, dan Judging vs Perceiving.

INFJ merupakan salah satu dari 16 tipe kepribadian yang didefinisikan oleh MBTI. INFJ dianggap sebagai tipe yang langka, sering kali dipandang sebagai pembimbing yang empati dan peka. Dalam pengembangan MBTI, INFJ-A (Assertive) dan INFJ-T (Turbulent) merupakan penambahan terbaru yang menggambarkan variasi lebih lanjut dalam tipe kepribadian INFJ.

Sejarah singkat model kepribadian INFJ-A vs INFJ-T dalam MBTI melibatkan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh tim di balik tes MBTI. Mereka memperhatikan variasi yang signifikan dalam perilaku dan respons antara individu-individu yang memiliki tipe kepribadian yang sama, termasuk INFJ. Hal ini mendorong pengembangan model INFJ-A vs INFJ-T, yang mengakui perbedaan dalam tingkat kepercayaan diri, ketegasan, dan respons terhadap stres antara individu INFJ.

Dalam dunia pendidikan, model kepribadian INFJ-A vs INFJ-T dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas dengan beberapa cara:

  1. Pengaturan Kelas: Guru dapat menggunakan pemahaman tentang INFJ-A vs INFJ-T untuk membentuk kelompok kerja yang efektif. Misalnya, menyusun kelompok dengan kombinasi INFJ-A dan INFJ-T dapat membantu memperkuat kolaborasi antara siswa yang lebih percaya diri dengan mereka yang mungkin membutuhkan lebih banyak dukungan.

  2. Penyesuaian Pendekatan Pembelajaran: Guru dapat memodifikasi strategi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi siswa INFJ-A dan INFJ-T. Misalnya, memberikan lebih banyak waktu bagi siswa INFJ-T untuk memproses informasi atau memberikan lebih banyak dukungan kepada mereka dalam menghadapi situasi stres.

  3. Pengembangan Keterampilan Sosial dan Emosional: Guru dapat menggunakan model INFJ-A vs INFJ-T sebagai kerangka untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional siswa dalam kelas. Misalnya, dengan memperkuat keterampilan komunikasi dan kolaborasi untuk siswa INFJ-T, sementara membantu siswa INFJ-A untuk memperluas kemampuan kepemimpinan mereka.

Dengan memahami perbedaan antara INFJ-A dan INFJ-T, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif dan mendukung bagi semua siswa, memungkinkan mereka untuk berkembang secara optimal di dalam kelas.

Introversion vs Extraversion: Bagaimana kita dapat memastikan bahwa siswa INFJ-T yang cenderung lebih introvert merasa diterima dan didukung di lingkungan kelas yang seringkali dipenuhi dengan kegiatan sosial, sementara juga memberikan ruang bagi siswa INFJ-A yang lebih ekstrovert untuk berkontribusi dan berkembang?

Introversion vs Extraversion adalah dimensi dalam Tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang menggambarkan bagaimana individu memperoleh energi dan berinteraksi dengan dunia luar. Individu yang cenderung introvert cenderung lebih suka menghabiskan waktu sendiri atau dalam kelompok kecil, sementara individu yang cenderung ekstrovert cenderung lebih energik dalam situasi sosial dan mendapatkan energi dari interaksi dengan orang lain.

Dalam konteks mendukung School Value Proposition "Cerdas Berintegritas", penting untuk memastikan bahwa baik siswa INFJ-T yang lebih introvert maupun siswa INFJ-A yang lebih ekstrovert merasa diterima dan didukung di lingkungan kelas. Berikut adalah cara untuk mengatasi tantangan ini dengan lebih detail:

  1. Memahami Kebutuhan Individu: Guru perlu mengenal setiap siswa secara personal untuk memahami preferensi mereka terhadap interaksi sosial. Ini melibatkan mendengarkan dengan empati dan menciptakan kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan diri mereka tanpa tekanan.

  2. Fasilitasi Komunikasi yang Inklusif: Dalam lingkungan kelas yang seringkali dipenuhi dengan kegiatan sosial, penting untuk menciptakan ruang yang memungkinkan siswa introvert untuk berpartisipasi tanpa merasa terlalu tertekan. Ini bisa dilakukan dengan cara memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok kecil atau dengan memberikan waktu tambahan bagi mereka untuk merenung atau mengekspresikan pendapat mereka secara tertulis.

  3. Memberikan Pujian dan Dukungan: Siswa introvert mungkin lebih cenderung menahan diri dalam situasi sosial. Penting bagi guru untuk secara aktif memberikan pujian dan dukungan kepada siswa INFJ-T ketika mereka berpartisipasi atau menunjukkan inisiatif, bahkan jika itu dalam bentuk yang lebih kecil atau lebih diam. Ini membantu mereka merasa dihargai dan didukung di lingkungan yang mungkin terasa tidak nyaman bagi mereka.

  4. Mendorong Kolaborasi yang Seimbang: Dalam hal memberikan ruang bagi siswa INFJ-A yang lebih ekstrovert untuk berkontribusi, guru harus memastikan bahwa kolaborasi dalam kelas tidak mengesampingkan siswa introvert. Mendorong pembagian kelompok yang seimbang dan menciptakan kesempatan bagi siswa introvert untuk memimpin dalam konteks yang lebih kecil atau lebih intim bisa membantu menciptakan keseimbangan yang sehat.

Dengan memperhatikan kebutuhan individu dan menciptakan lingkungan yang inklusif, guru dapat mendukung kedua tipe kepribadian INFJ-A dan INFJ-T dalam mencapai potensi mereka sambil mempromosikan nilai-nilai integritas di sekolah.

[Ayat yang relevan dari Kitab Suci Perjanjian Baru yang dapat dijadikan perikop untuk menjawab pertanyaan reflektif tersebut adalah 1 Korintus 12:12-14 (TB): "Sebab sama seperti tubuh itu satu dan mempunyai banyak anggota dan semua anggota tubuh yang satu itu, sekalipun banyak, adalah satu tubuh yang sama, demikian juga Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua telah dibaptis menjadi satu tubuh, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, baik orang budak maupun orang merdeka, dan kita semua telah diberi minum oleh satu Roh. Sebab tubuh itu bukan hanya satu anggota, tetapi banyak anggota."

Penjelasan teologisnya adalah bahwa ayat ini menggambarkan gambaran tentang keragaman dalam tubuh Kristus, yaitu jemaat gereja. Meskipun setiap anggota memiliki peran dan kepribadian yang berbeda-beda, mereka semua merupakan bagian dari tubuh Kristus yang satu. Dalam konteks sekolah dengan School Value Proposition "Cerdas Berintegritas", prinsip ini mengajarkan pentingnya menghargai dan merangkul keberagaman di antara siswa. Siswa INFJ-T yang cenderung lebih introvert harus diterima dan didukung sepenuhnya dalam lingkungan kelas yang mungkin dipenuhi dengan kegiatan sosial. Di sisi lain, siswa INFJ-A yang lebih ekstrovert harus diberikan ruang untuk berkontribusi dan berkembang sesuai dengan kepribadian mereka. Hal ini mengilhami kita untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa, di mana setiap siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dan tumbuh sesuai dengan kepribadian mereka masing-masing.]

Intuition vs Sensing: Bagaimana kita dapat memanfaatkan kepekaan intuitif siswa INFJ-A untuk membantu mereka dalam menciptakan solusi kreatif dan berinovasi, sementara juga memberikan dukungan dan arahan yang lebih konkret kepada siswa INFJ-T yang cenderung lebih fokus pada detail dan pengalaman konkret? 

Intuition vs Sensing adalah dimensi dalam Tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang menggambarkan bagaimana individu mengumpulkan informasi dan membuat keputusan. Intuisi cenderung memperhatikan pola, koneksi, dan implikasi yang lebih luas, sementara Sensing lebih fokus pada fakta konkret, detail, dan pengalaman langsung.

Dalam konteks mendukung School Value Proposition "Cerdas Berintegritas", penting untuk memanfaatkan kepekaan intuitif siswa INFJ-A untuk menciptakan solusi kreatif dan berinovasi, sementara juga memberikan dukungan dan arahan yang lebih konkret kepada siswa INFJ-T. Berikut adalah cara untuk mengatasi tantangan ini dengan lebih detail:

  1. Menghargai Kreativitas dan Inovasi: Guru perlu mengakui dan menghargai kepekaan intuitif siswa INFJ-A terhadap ide-ide kreatif dan inovatif. Mereka dapat memberikan kesempatan kepada siswa ini untuk mengeksplorasi ide-ide baru, berpikir di luar kotak, dan menciptakan solusi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.

  2. Menggunakan Pendekatan Berbasis Proyek: Menghadirkan proyek-proyek berbasis proyek yang memungkinkan siswa INFJ-A untuk menerapkan intuisi mereka dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan solusi, dan menciptakan produk atau hasil yang kreatif. Proyek-proyek ini dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka dengan lebih mendalam.

  3. Memberikan Dukungan dan Arahan Konkret: Siswa INFJ-T mungkin membutuhkan lebih banyak dukungan dan arahan konkret dalam mengembangkan ide-ide mereka. Guru dapat membantu mereka dengan menguraikan langkah-langkah yang jelas, memberikan contoh konkret, dan memberikan umpan balik yang terstruktur untuk membantu mereka memahami bagaimana menerapkan ide-ide mereka dalam konteks nyata.

  4. Mendorong Kolaborasi: Kolaborasi antara siswa INFJ-A dan INFJ-T dapat menjadi cara yang efektif untuk memanfaatkan kekuatan keduanya. Guru dapat memfasilitasi kolaborasi tim di mana siswa INFJ-A dapat membawa ide-ide kreatif dan visi yang luas, sementara siswa INFJ-T dapat membantu merinci dan menerjemahkan ide-ide ini menjadi rencana tindakan yang konkret.

Dengan memanfaatkan kekuatan intuitif siswa INFJ-A untuk kreativitas dan inovasi, sambil memberikan dukungan dan arahan konkret kepada siswa INFJ-T, guru dapat mendukung kedua tipe kepribadian ini dalam mencapai potensi mereka sambil mempromosikan nilai-nilai integritas di sekolah.

[Ayat yang relevan dari Kitab Suci Perjanjian Baru yang dapat dijadikan perikop untuk menjawab pertanyaan reflektif tersebut adalah 1 Korintus 2:10-12 (TB): "Tetapi Allah telah menyatakannya kepada kita oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang dalam Allah. Sebab siapakah manusia yang mengetahui apa yang ada dalam diri manusia itu selain roh manusia yang ada di dalamnya sendiri? Demikian juga, tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang ada dalam Allah, selain Roh Allah sendiri."

Penjelasan teologisnya adalah bahwa ayat ini menekankan peran Roh Kudus dalam memberikan pengertian dan pengetahuan yang lebih dalam kepada orang percaya. Roh Kudus memperlihatkan hal-hal yang tersembunyi atau tidak terlihat oleh mata manusia, termasuk kepekaan intuitif atau penerimaan dalam menciptakan solusi kreatif dan berinovasi. Bagi siswa INFJ-A yang cenderung lebih intuitif, Roh Kudus dapat membimbing mereka untuk menggunakan kepekaan intuitif mereka dalam menciptakan solusi yang inovatif.

Di sisi lain, bagi siswa INFJ-T yang lebih fokus pada detail dan pengalaman konkret, pengetahuan yang lebih konkret dan arahan yang lebih jelas mungkin lebih sesuai untuk membantu mereka. Roh Kudus juga dapat memberikan pengertian dan bimbingan yang konkret kepada siswa ini melalui berbagai cara, termasuk melalui bimbingan guru, pengalaman langsung, dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap prinsip-prinsip yang diberikan dalam firman Allah.

Dengan demikian, pemahaman akan peran Roh Kudus dalam memberikan pengertian yang mendalam kepada siswa sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing mengilhami kita untuk memanfaatkan kepekaan intuitif siswa INFJ-A untuk menciptakan solusi kreatif dan inovatif, sementara juga memberikan dukungan dan arahan yang konkret kepada siswa INFJ-T.]

Feeling vs Thinking: Bagaimana kita dapat membantu siswa INFJ-T untuk mengekspresikan dan memahami emosi mereka dengan lebih baik, sementara juga memberikan kesempatan kepada siswa INFJ-A untuk mengembangkan keterampilan berpikir analitis dan pengambilan keputusan yang lebih tajam dalam konteks etika dan moralitas dalam pendidikan? 

Feeling vs Thinking adalah dimensi dalam Tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang menggambarkan bagaimana individu membuat keputusan dan memproses informasi. Individu yang cenderung Feeling cenderung memprioritaskan nilai-nilai, empati, dan pertimbangan sosial dalam pengambilan keputusan, sementara individu yang cenderung Thinking cenderung lebih fokus pada logika, analisis, dan konsistensi.

Dalam konteks mendukung School Value Proposition "Cerdas Berintegritas", penting untuk membantu siswa INFJ-T untuk mengekspresikan dan memahami emosi mereka dengan lebih baik, sementara juga memberikan kesempatan kepada siswa INFJ-A untuk mengembangkan keterampilan berpikir analitis dan pengambilan keputusan yang lebih tajam dalam konteks etika dan moralitas dalam pendidikan. Berikut adalah cara untuk mengatasi tantangan ini dengan lebih detail:

  1. Pendekatan Emosional yang Empatis: Guru perlu menciptakan lingkungan yang mendukung untuk siswa INFJ-T agar mereka merasa nyaman dalam mengekspresikan emosi mereka. Ini melibatkan mendengarkan dengan empati, memberikan umpan balik yang positif, dan menciptakan ruang yang aman di mana siswa dapat berbagi perasaan mereka tanpa takut dihakimi atau diabaikan.

  2. Pengembangan Keterampilan Empati: Guru dapat mengintegrasikan pelajaran tentang empati dan keterampilan sosial ke dalam kurikulum untuk membantu siswa INFJ-T memahami emosi mereka sendiri dan emosi orang lain dengan lebih baik. Ini bisa dilakukan melalui permainan peran, diskusi kelompok, dan latihan praktis lainnya yang memungkinkan siswa untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.

  3. Pendekatan Berbasis Kasus: Dalam konteks pembelajaran etika dan moralitas, guru dapat menggunakan studi kasus atau skenario yang memungkinkan siswa INFJ-A untuk mengembangkan keterampilan berpikir analitis dan pengambilan keputusan. Siswa dapat diberi kesempatan untuk menganalisis situasi, mengevaluasi berbagai pilihan, dan mengidentifikasi konsekuensi etis dari setiap tindakan yang mereka pertimbangkan.

  4. Diskusi Terbuka dan Dialog Reflektif: Memfasilitasi diskusi terbuka dan dialog reflektif di kelas memungkinkan siswa INFJ-A untuk mengemukakan argumen mereka secara kritis, sementara memberikan ruang bagi siswa INFJ-T untuk mengungkapkan perasaan dan nilai-nilai mereka dalam konteks situasi tertentu. Guru dapat memandu diskusi untuk memastikan bahwa semua suara didengar dan dihargai.

Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk ekspresi emosional dan pengembangan keterampilan berpikir analitis, guru dapat membantu kedua tipe kepribadian INFJ-A dan INFJ-T dalam mencapai potensi mereka sambil mempromosikan nilai-nilai integritas di sekolah.

[Ayat yang relevan dari Kitab Suci Perjanjian Baru yang dapat dijadikan perikop untuk menjawab pertanyaan reflektif tersebut adalah Yakobus 1:19-20 (TB): "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, hendaklah setiap orang cepat mendengarkan, lambat untuk berbicara, lambat untuk marah; sebab murka manusia tidak menghasilkan apa yang dikehendaki Allah dengan benar."

Penjelasan teologisnya adalah bahwa ayat ini menekankan pentingnya mendengarkan dengan cermat sebelum berbicara, serta mengendalikan kemarahan. Bagi siswa INFJ-T yang cenderung lebih fokus pada pemikiran dan analisis (Thinking), penting bagi mereka untuk belajar mengekspresikan dan memahami emosi mereka dengan lebih baik. Dalam konteks ini, ayat ini mengajarkan bahwa dengan mendengarkan dengan cermat dan mengendalikan kemarahan, siswa INFJ-T dapat belajar untuk lebih memahami dan mengelola emosi mereka dengan tepat.

Di sisi lain, bagi siswa INFJ-A yang cenderung lebih fokus pada perasaan (Feeling), penting bagi mereka untuk mengembangkan keterampilan berpikir analitis dan pengambilan keputusan yang tajam dalam konteks etika dan moralitas. Ayat ini juga menyoroti pentingnya menahan kemarahan dan berbicara dengan lembut, yang dapat membantu siswa INFJ-A untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif dan memahami pentingnya etika dalam interaksi sosial.

Dengan demikian, pemahaman akan ajaran firman Tuhan mengenai pentingnya mendengarkan, mengendalikan kemarahan, dan berbicara dengan lembut mengilhami kita untuk membantu siswa INFJ-T mengekspresikan dan memahami emosi mereka dengan lebih baik, sementara juga memberikan kesempatan kepada siswa INFJ-A untuk mengembangkan keterampilan berpikir analitis dan pengambilan keputusan yang lebih tajam dalam konteks etika dan moralitas.]

Judging vs Perceiving: Bagaimana kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa INFJ-T untuk merasa lebih nyaman dengan fleksibilitas jadwal dan pendekatan pembelajaran yang adaptif, sementara juga memberikan kerangka kerja yang jelas dan struktur bagi siswa INFJ-A untuk merencanakan dan mencapai tujuan mereka dengan lebih efektif?

Judging vs Perceiving adalah dimensi dalam Tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang menggambarkan bagaimana individu berurusan dengan dunia luar dan mengorganisir kehidupan mereka. Individu yang cenderung Judging cenderung menyukai struktur, keputusan yang jelas, dan merencanakan ke depan, sementara individu yang cenderung Perceiving cenderung lebih fleksibel, terbuka terhadap pengalaman baru, dan adaptif terhadap perubahan.

Dalam konteks mendukung School Value Proposition "Cerdas Berintegritas", penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa INFJ-T untuk merasa lebih nyaman dengan fleksibilitas jadwal dan pendekatan pembelajaran yang adaptif, sementara juga memberikan kerangka kerja yang jelas dan struktur bagi siswa INFJ-A untuk merencanakan dan mencapai tujuan mereka dengan lebih efektif. Berikut adalah cara untuk mengatasi tantangan ini dengan lebih detail:

  1. Fleksibilitas dalam Jadwal dan Pendekatan Pembelajaran: Guru dapat mengintegrasikan fleksibilitas dalam jadwal dan pendekatan pembelajaran ke dalam desain pembelajaran mereka. Ini bisa dilakukan dengan memberikan pilihan aktivitas atau proyek, memfasilitasi pembelajaran berbasis proyek, atau mengadopsi metode pengajaran yang memungkinkan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan dan preferensi siswa.

  2. Pembelajaran Diferensiasi: Guru dapat menggunakan pendekatan diferensiasi untuk mengakomodasi gaya belajar yang berbeda dari siswa INFJ-T. Ini melibatkan menyediakan berbagai sumber daya dan strategi pembelajaran, seperti bahan bacaan yang beragam, video pembelajaran, atau aktivitas praktis, yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka.

  3. Memberikan Kerangka Kerja yang Jelas: Untuk siswa INFJ-A yang lebih cenderung menikmati struktur dan kejelasan, guru dapat memberikan kerangka kerja yang jelas dalam bentuk jadwal, rubrik penilaian, dan rencana pembelajaran yang terstruktur. Ini membantu siswa untuk memahami harapan dan langkah-langkah yang perlu mereka ambil untuk mencapai tujuan mereka.

  4. Mendorong Refleksi dan Pemantauan Diri: Siswa dari kedua tipe kepribadian dapat didorong untuk melakukan refleksi secara teratur tentang kemajuan mereka, baik secara individual maupun bersama-sama dengan guru. Ini membantu siswa INFJ-T untuk mengembangkan keterampilan pemantauan diri dan mengenali pola-pola dalam pembelajaran mereka, sementara juga memberikan kesempatan bagi siswa INFJ-A untuk menyesuaikan rencana mereka sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyediakan fleksibilitas dan struktur, guru dapat mendukung kedua tipe kepribadian INFJ-A dan INFJ-T dalam mencapai potensi mereka sambil mempromosikan nilai-nilai integritas di sekolah.

[Ayat yang relevan dari Kitab Suci Perjanjian Baru yang dapat dijadikan perikop untuk menjawab pertanyaan reflektif tersebut adalah 2 Timotius 1:7 (TB): "Sebab bukanlah Roh yang diberikan Allah kepada kita itu roh pengecut, melainkan Roh yang memberi kekuatan, kasih dan ketertiban."

Penjelasan teologisnya adalah bahwa ayat ini menekankan bahwa Allah memberikan kita Roh yang memberi kekuatan, kasih, dan ketertiban. Dalam konteks pembelajaran bagi siswa INFJ-T yang cenderung lebih fleksibel dan adaptif (Perceiving), Roh Allah yang memberi ketertiban dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa tersebut untuk merasa nyaman dengan fleksibilitas jadwal dan pendekatan pembelajaran yang adaptif. Roh Allah membantu siswa INFJ-T untuk menjalani proses pembelajaran dengan tenang dan percaya diri, meskipun terdapat perubahan atau penyesuaian yang mungkin terjadi.

Di sisi lain, bagi siswa INFJ-A yang cenderung lebih terstruktur (Judging), kerangka kerja yang jelas dan struktur dalam pembelajaran sangatlah penting. Ayat ini juga menegaskan bahwa Roh Allah memberi kekuatan, yang dapat membantu siswa INFJ-A untuk merencanakan dan mencapai tujuan mereka dengan lebih efektif. Dengan mengandalkan Roh Allah, siswa INFJ-A dapat mengatur waktu dan sumber daya mereka dengan baik untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Dengan demikian, pemahaman akan peran Roh Allah dalam memberikan kekuatan, kasih, dan ketertiban mengilhami kita untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung bagi kedua tipe kepribadian INFJ-T dan INFJ-A. Dengan memberikan fleksibilitas dan adaptasi bagi siswa INFJ-T, serta memberikan kerangka kerja yang jelas bagi siswa INFJ-A, kita dapat membantu setiap siswa merasa nyaman dan sukses dalam proses pembelajaran mereka.]

Quesioner Reflektif Siswa untuk Masing-masing Dimensi INFJ-A vs INFJ-T dalam MBTI, dan Instruksi Cara Pensekorannya

Introversion vs Extraversion:

  1. Apakah aku lebih suka berinteraksi dengan kelompok kecil daripada dalam kerumunan besar?
  2. Apakah aku merasa lebih energik setelah menghabiskan waktu sendiri daripada setelah menghabiskan waktu dengan orang lain?
  3. Apakah aku lebih suka berpikir sebelum berbicara dalam diskusi kelompok?
  4. Apakah aku merasa lebih nyaman dalam situasi sosial yang tenang dan santai daripada yang ramai dan berisik?
  5. Apakah aku cenderung menghindari pertemuan-pertemuan besar atau pesta yang ramai?
  6. Apakah aku sering merasa perlu waktu sendiri untuk merenung atau mengumpulkan energi?
  7. Apakah aku merasa lebih nyaman berkomunikasi melalui tulisan daripada secara langsung?
  8. Apakah aku cenderung lebih pendiam dalam pertemuan sosial atau dalam diskusi kelompok?
  9. Apakah aku merasa terbebani dengan terlalu banyak interaksi sosial?
  10. Apakah aku sering merasa lebih puas dan nyaman saat bekerja sendiri daripada dalam tim?

Instruksi pensekoran: Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang menunjukkan preferensi introvert dan nilai 0 untuk setiap jawaban yang menunjukkan preferensi ekstrovert. Jumlahkan nilai-nilai tersebut untuk menghitung skor total, dengan skor lebih tinggi menunjukkan preferensi yang lebih kuat terhadap introversion.

Intuition vs Sensing:

  1. Apakah aku sering melihat pola dan keterkaitan di antara informasi yang muncul?
  2. Apakah aku cenderung memperhatikan konsep-konsep besar dan ide-ide umum daripada detail-detail kecil?
  3. Apakah aku sering menduga atau menebak apa yang akan terjadi berikutnya berdasarkan intuisi atau firasat?
  4. Apakah aku lebih suka berpikir tentang masa depan dan kemungkinan-kemungkinan daripada fakta-fakta konkret di hadapan Anda?
  5. Apakah aku cenderung fokus pada ide-ide dan konsep-konsep abstrak daripada hal-hal yang nyata dan konkret?
  6. Apakah aku lebih suka membayangkan solusi baru daripada mengandalkan apa yang sudah ada?
  7. Apakah aku sering menemukan diri Anda "mengalami" ide atau insight secara tiba-tiba tanpa penjelasan logis?
  8. Apakah aku lebih suka belajar dari konsep-konsep umum daripada melalui pengalaman langsung atau contoh konkret?
  9. Apakah aku cenderung membayangkan kemungkinan alternatif atau skenario yang belum terjadi?
  10. Apakah aku sering merasa terinspirasi oleh ide-ide baru atau peluang yang belum dieksplorasi?

Instruksi pensekoran: Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang menunjukkan preferensi intuition dan nilai 0 untuk setiap jawaban yang menunjukkan preferensi sensing. Jumlahkan nilai-nilai tersebut untuk menghitung skor total, dengan skor lebih tinggi menunjukkan preferensi yang lebih kuat terhadap intuition.

Feeling vs Thinking:

  1. Apakah aku lebih cenderung mengambil keputusan berdasarkan perasaan dan nilai-nilai daripada logika dan analisis?
  2. Apakah aku cenderung memperhatikan perasaan dan kebutuhan orang lain dalam membuat keputusan?
  3. Apakah aku sering merasa terhubung secara emosional dengan orang lain dan mempertimbangkan dampak emosional dalam pengambilan keputusan?
  4. Apakah aku lebih peduli dengan nilai-nilai etika dan moralitas daripada kebenaran objektif?
  5. Apakah aku sering mempertimbangkan dampak emosional dari keputusan Anda pada orang lain?
  6. Apakah aku cenderung memprioritaskan keharmonisan hubungan dalam pengambilan keputusan?
  7. Apakah aku lebih suka mendengarkan hati nurani Anda daripada logika ketika membuat keputusan penting?
  8. Apakah aku sering merasa terpanggil untuk membantu orang lain atau memperhatikan kebutuhan mereka?
  9. Apakah aku lebih suka berfokus pada perasaan dan emosi daripada fakta-fakta dan data dalam diskusi?
  10. Apakah aku cenderung menghindari konflik dan mencari solusi yang menguntungkan semua pihak?

Instruksi pensekoran: Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang menunjukkan preferensi feeling dan nilai 0 untuk setiap jawaban yang menunjukkan preferensi thinking. Jumlahkan nilai-nilai tersebut untuk menghitung skor total, dengan skor lebih tinggi menunjukkan preferensi yang lebih kuat terhadap feeling.

Judging vs Perceiving:

  1. Apakah aku cenderung membuat rencana dan jadwal untuk kegiatan Anda?
  2. Apakah aku merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan lebih suka memiliki jadwal yang jelas?
  3. Apakah aku cenderung menyelesaikan tugas-tugas sebelum tenggat waktu?
  4. Apakah aku lebih suka membuat keputusan dan menyelesaikan sesuatu daripada menunda-nunda?
  5. Apakah aku cenderung memiliki gaya hidup yang terorganisir dan terstruktur?
  6. Apakah aku lebih suka menyelesaikan satu proyek sebelum mulai yang lain?
  7. Apakah aku merasa frustrasi ketika hal-hal tidak berjalan sesuai rencana Anda?
  8. Apakah aku cenderung membuat daftar atau menyusun rencana untuk kegiatan-kegiatan Anda?
  9. Apakah aku cenderung memiliki preferensi yang jelas dalam pengambilan keputusan daripada terbuka terhadap berbagai kemungkinan?
  10. Apakah aku cenderung merencanakan liburan atau acara-acara dengan rinci jauh sebelumnya?

Instruksi pensekoran: Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang menunjukkan preferensi judging dan nilai 0 untuk setiap jawaban yang menunjukkan preferensi perceiving. Jumlahkan nilai-nilai tersebut untuk menghitung skor total, dengan skor lebih tinggi menunjukkan preferensi yang lebih kuat terhadap judging.

Setelah menjawab semua pertanyaan, jumlahkan nilai-nilai dari setiap dimensi untuk mendapatkan skor total untuk INFJ-A dan INFJ-T. Skor tertinggi menunjukkan preferensi yang lebih kuat terhadap tipe kepribadian yang sesuai.

Kesimpulan dan Penutup

Dalam konteks pendidikan yang semakin kompleks dan beragam, peran guru sebagai pengawas dan pembimbing siswa sangatlah penting. Melalui pemahaman dan penyesuaian terhadap perbedaan individual, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa. Dalam artikel ini, kami telah menjelaskan pentingnya guru memperhatikan satu-persatu berdasarkan Tipe Kepribadian INFJ-A vs INFJ-T dalam Tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI). Dengan memahami ciri-ciri dan preferensi kepribadian dari kedua tipe ini, guru dapat mengadopsi pendekatan yang lebih efektif dalam mendukung pembelajaran siswa serta mempromosikan nilai-nilai integritas yang dijunjung tinggi oleh sekolah.

Sebagaimana disampaikan oleh Rita Pierson, seorang  public speaker dan juga seorang pendidik , "Every child deserves a champion – an adult who will never give up on them, who understands the power of connection and insists that they become the best that they can possibly be." Kutipan ini mengingatkan kita akan pentingnya peran guru sebagai pendukung utama setiap siswa dalam mencapai potensi mereka. Dengan menaruh perhatian pada kondisi masing-masing siswa, terutama berdasarkan tipe kepribadian INFJ-A vs INFJ-T, guru dapat menjadi pahlawan bagi siswa-siswa mereka, membimbing mereka menuju kesuksesan akademis dan mengembangkan karakter yang berintegritas.

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa investasi dalam pemahaman terhadap kepribadian siswa, termasuk INFJ-A dan INFJ-T, merupakan langkah yang sangat berharga bagi guru dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyeluruh dan inklusif. Dengan pendekatan yang tepat, guru dapat membantu setiap siswa mencapai potensi tertinggi mereka dan mewujudkan visi School Value Proposition "Cerdas Berintegritas" secara nyata dalam praktik pendidikan sehari-hari.

Diinspirasikan dari:

"The MBTI® Manual: A Guide to the Development and Use of the Myers-Briggs Type Indicator®" oleh Isabel Briggs Myers, Mary H. McCaulley, Naomi L. Quenk, dan Allen L. Hammer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun