Progresivisme (progressivism): KHD adalah pendukung gerakan pendidikan progresif, yang menekankan pentingnya pembelajaran aktif, pengalaman dan integrasi mata pelajaran akademik dengan pengalaman dunia nyata. KHD percaya bahwa siswa harus didorong untuk mengeksplorasi minat mereka dan mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Tujuan pendidikan menurut paham ini bukan semata-mata untuk memberikan pengetahuan yang tetap kepada siswa, melainkan untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan rasa tanggung jawab sosial. KHD percaya bahwa pendidikan harus langsung dan melalui pengalaman, dengan siswa secara aktif terlibat dengan materi dan menerapkan apa yang mereka pelajari ke situasi dunia nyata.
Konstruktivisme (constructivism): Pendekatan KHD terhadap pendidikan didasarkan pula pada gagasan bahwa peserta didik membangun pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri melalui keterlibatan aktif dengan lingkungannya. KHD percaya bahwa guru harus berfungsi sebagai fasilitator, membimbing peserta didik melalui proses pembelajaran dan mendorong mereka untuk mengembangkan ide dan perspektif mereka sendiri. Menurut paham ini, pendidikan menekankan pentingnya pembelajaran aktif, pengalaman langsung, dan peran peserta didik dalam membangun pemahaman mereka sendiri tentang dunia di sekitar mereka. Ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendidikan modern, khususnya di bidang-bidang seperti pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis inkuiri.
Relativisme budaya (cultural relativism): KHD percaya bahwa pendidikan harus didasarkan pada konteks budaya peserta didik. KHD menolak gagasan bahwa pendidikan Barat secara inheren lebih unggul dari bentuk pendidikan lain, dan berpendapat bahwa pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat individu peserta didik. Relativisme budaya dalam pendidikan memiliki implikasi yang signifikan terhadap pengembangan kurikulum, praktik pengajaran, dan penilaian. Paham ini menekankan perlunya kurikulum untuk mencerminkan beragam pengalaman dan perspektif siswa dari latar belakang budaya yang berbeda, dan bagi guru untuk menggunakan berbagai strategi pengajaran yang tanggap secara budaya untuk melibatkan dan mendukung semua siswa. Ini juga membutuhkan praktik penilaian yang mengenali dan menghargai pengetahuan dan keterampilan yang dibawa siswa dari latar belakang budaya mereka sendiri.
Nasionalisme (nationalism): Visi pendidikan KHD terkait erat dengan komitmennya terhadap nasionalisme Indonesia. Beliau percaya bahwa pendidikan harus digunakan sebagai alat untuk mempromosikan identitas nasional dan memberdayakan masyarakat Indonesia untuk mengendalikan masa depan mereka sendiri. Premis dasar nasionalisme dalam pendidikan adalah bahwa pendidikan harus memainkan peran sentral dalam penciptaan dan pemeliharaan identitas dan kebanggaan nasional. Ini melibatkan mengajar siswa tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai bangsa mereka, dan menumbuhkan rasa loyalitas dan komitmen kepada bangsa.
Humanisme (humanism):Â KHD percaya bahwa pendidikan harus difokuskan pada pengembangan manusia seutuhnya, bukan hanya prestasi akademik. KHD percaya bahwa pendidikan harus mempromosikan nilai-nilai empati, kasih sayang, dan tanggung jawab sosial, dan harus membantu siswa untuk menjadi anggota komunitas yang aktif dan terlibat. Premis dasar humanisme dalam pendidikan adalah bahwa pendidikan harus fokus pada pengembangan manusia seutuhnya, termasuk pertumbuhan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual mereka. Ini melibatkan penciptaan lingkungan belajar yang positif dan mendukung yang mendorong ekspresi diri, kreativitas, dan pemikiran kritis, serta mempromosikan empati dan kasih sayang terhadap orang lain.
3. Visi Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Penerjemahannya ke dalam Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan di Indonesia didasarkan pada visi pendidikan KHD dan menggabungkan banyak teori pendidikan yang mendasari pendekatannya terhadap pendidikan. Bagaimana teori-teori tersebut diterjemahkan ke dalam Kurikulum Merdeka antara lain adalah:
Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning): Kurikulum Merdeka memberikan penekanan kuat pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang merupakan komponen kunci dari filosofi pendidikan KHD. Siswa didorong untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka sendiri, dan guru berfungsi sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui proses pembelajaran.
Pengalaman dunia nyata (real-world experiences): Kurikulum Merdeka mengintegrasikan pengalaman dunia nyata ke dalam proses pembelajaran, yang sejalan dengan penekanan KHD pada pembelajaran berdasarkan pengalaman. Siswa didorong untuk terlibat dengan komunitas mereka dan mengembangkan keterampilan praktis yang akan mempersiapkan mereka menghadapi tantangan masa depan.
Kepekaan budaya (cultural sensitivity):Â Kurikulum Merdeka didesain responsif budaya, yang mencerminkan komitmen KHD terhadap relativisme budaya. Kurikulum menggabungkan pengetahuan lokal dan tradisi budaya, dan dirancang untuk mempromosikan pemahaman dan apresiasi terhadap keragaman budaya Indonesia.
Nasionalisme (nationalism): Kurikulum Merdeka terkait erat dengan tujuan memajukan nasionalisme Indonesia, yang sejalan dengan visi pendidikan KHD. Kurikulum bertujuan untuk menanamkan rasa bangga dan patriotisme pada siswa Indonesia, dan untuk mempromosikan rasa identitas nasional bersama.
Humanisme (humanism):Â Kurikulum Merdeka difokuskan pada pengembangan individu secara holistik, yang mencerminkan penekanan KHD pada humanisme. Kurikulum mempromosikan nilai-nilai empati, kasih sayang, dan tanggung jawab sosial, dan bertujuan untuk mengembangkan siswa yang aktif dan terlibat dalam komunitas mereka.