"Mereka jemaat kita?" timpal Krapf.
"Iyah hanya berisiko."
"Tuhan datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang," terang Rebmann tegas.
Hari baru telah tiba. Hari yang ditunggu-tunggu. Di luar semua umat telah hadir, dan sekelompok Warabai pun baru tiba. Banyaknya kaum wanita membuat ketakutan semalam hilang.
"Ternyata orang-orang Warabai tak seganas sebagaimana yang diceritakan semalam," batin Krapf
Doa berlangsung dengan tenang dan Rebmann sudah siap untuk membagi renungannya yang telah disiapkan baru pada jam tiga subuh.
"Saudara-saudaraku. Allah begitu mengasihi kita. Bahkan karena cintanya itu, Ia bahkan mengutus Putera-Nya yang tunggal."
Belum selesai kalimat pembukanya, di luar rumah sudah terjadi keributan. Dua orang ibu bertengkar ramai. Krapf berjalan keluar disusul Rebmann yang harus menghentikan kotbahnya karena pertengkaran itu.
"Tenang-tenang," Teriak Rebmann berusaha menenangkan situasi sementara Krapf langsung menarik seorang ibu untuk melerai pertengkaran.
"Kenapa kalian ini. Kita sedang berdoa," ujar Rebmann kesal.
"Ceritakan apa yang terjadi!"