"Sebenarnya tidak. Ini khas Afrika Selatan"
"Wow! Tekturnya jauh lebih halus dan ringan," Krapf kembali bicara.
"Iyah. Biasanya bagian atasnya ditaburi kayu manis. Melktert ini biasanya dijadikan makanan penutup," jelas Yaks sambil tersenyum. Â Â
"Kau pandai dalam menjelaskan makanan?"
"Saya dulunya pemasak untuk para pastur Perancis," kenang Yaks.
Usai jamuan malam, tiga orang itu pun mulai berpisah menuju peristirahatan. Krapf dan Rebmann masih satu kamar. Yaks bersama umat sekitarnya menyiapkan tikar dengan selimut yang berat-hangat.
"Semoga mimpi indah yang tidak pernah orang lain dapat," ujar Yaks mengucap salam khas Afrika.
"Terimakasih Yaks," ujar Krapf sambil tersenyum lebar.
"Aku merindukan kasur?" Krapf menggerutu.
"Sudahlah. Kasur tak cocok di tempat ini. Udaranya, malamnya, harum alamnya, desau angin pun kunang-kunang yang meliuk-liuk papan kayu,....hhhh aku berpuisi." jawab Rebmann sambil tertawa.
"Yah tikar lebih cocok untuk di sini," Krapf berusaha menyimpulkan.