Mohon tunggu...
ana Mhi
ana Mhi Mohon Tunggu... Freelancer - Wanita dengan keseharian biasa saja

Suka kopi dengan khas pahitnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen) Titip Rindu untuk Ayah

12 September 2022   20:07 Diperbarui: 12 September 2022   20:06 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com/sasint


Tatapan itu menciptakan sebuah pertanyaan, bagaimana hidupku jika tanpa dirinya?


"Kenapa menangis, Nak?" tangan ayah terulur menghapus air mata ini.

Kasar tangannya seolah sedang menjelaskan, bahwa ia sudah bekerja sangat keras. Hal itu justru semakin membuat air mata ini semakin luruh. 

Ayah, harus bagaimana lagi aku mengungkapkan rasa bangga ini padamu? Harus bagaimana lagi menjelaskan bahwa aku begitu menyayangimu?

Aku menggeleng pelan berusaha menahan isakan. Dengan cepat aku berhambur memeluk tubuh renta itu. Ayah mengelus belakangku dengan sayang sambil terus mengatakan, jangan menangis, tidak akan ada apa-apa.


Dengan langkah tertatih, ayah membawaku masuk. Ada ibu di ambang pintu, rupanya ia melihat aku dan ayah, mungkin cukup lama. Atau bahkan sejak pertama kali aku duduk bersama pria kesayangan kami ini.


***


Mengingat masa-masa itu, membuat diri ini tidak mampu lagi menahan derasnya air mata. Aku melihat ibu datang menghampiri dengan langkah cepat. Ia sedikit berjongkok di hadapanku.


"Ibu ...." Bergetar suara ini menyebut namanya. Kupeluk tubuh itu dengan erat.


"Ada apa, Nak?" Ibu mengelus belakangku menenangkan, seperti ayah dulu. Tiga tahun lalu.


Padi-padi sudah menguning dan ini panen kesekian yang aku lewatkan tanpa ayah. Sekali lagi, aku ingin merasakan masa-masa panen bersamanya. Merekam setiap apa yang ia lakukan, aku ingin mengenangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun