Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dibelajar-kan dengan situasi nyata peserta didik dan mendorongnya untuk membuat garis hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.Â
Dalam hal ini tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Artinya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi (Depdiknas, 2002: 1-2).
Pendekatan kontekstual mendasarkan kegiatan pembelajaran pada bebe-rapa kecenderungan berikut. Pertama, pembelajaran tidak sekadar menghafal tetapi peserta didik harus dimampukan untuk mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya.Â
Peserta didik  belajar untuk mengalami karena pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah tetapi mencerminkan keterampilan kohesif  yang dapat diterapkan. Kedua, peserta didik harus tahu makna pembelajaran dan menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.Â
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit. Ketiga, siswa ditempatkan sebagai pembelajar dan guru bertugas memfasilitasi aktivitas pembelajaran agar informasi  itu bermakna serta memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya sendiri.Â
Keempat, lingkungan belajar yang baik  dimulai dari kegiatan belajar yang terpusat pada siswa. Siswa aktif belajar dan guru hanya menggerakkan aktivitas siswa tersebut (Depdiknas, 2002: 3-5).
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Penerapan pendekatan ini dalam pembelajaran dapat mengacu pada langkah-langkah berikut.
Pertama, kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara berkerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruk-sikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang diperolehnya.Â
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Hal ini berarti bahwa pembelajaran harus dikemas menjadi proses 'mengkonstruksi' bukan 'menerima' pengetahuan.Â
Tugas guru adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (2) menyadarkan siswa agar selalu menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar karena pengetahuan dan keterampilan senantiasa tumbuh dan berkem-bang melalui pengalaman.
Kedua, kembangkan semaksimal mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukanlah hasil 'mengingat' seperangkat fakta tetapi hasil dari 'menemukan' sendiri.Â