“Iya om, umm… gak papa kan om? Kalau masih terlalu pagi saya nunggu diluar atau di motor juga gak masalah si om.” Entah kalimat apa yang dikeluarkan Ujang dalam kekikukannya.
“Tidak apa Jang, ayo masuk, kami mengerti kok.” Sahut Tante Lady, Ibu dari Noni, yang mendengar kedatangan dan percakapannya. “Tunggu ya, Tante coba lihat Noni di kamarnya.”
Sementara Ujang berbincang dengan Om Subrata, Tante Lady menghampiri Noni dikamarnya, begitu ringkih, tubuh Noni terlihat meringkuk dengan selimut yang tersibak, entah mengapa Tante Lady ingin meneteskan air mata begitu saja saat melihatnya, tapi Tante Lady harus menyembunyikan semua kesedihannya, menarik nafasnya dalam dan menghembus, mengatur nafasnya kemudian menghampiri Noni yang sudah terlihat menggeliat.
“Mama?”
“Selamat pagi cantik, sudah mau bangun atau masih mau leyeh-leyeh di kasur?”
“Masih mau dikasur ma, boleh?”
“Boleh sih, tapi… gak nyesel?”
“Maksudnya?”
“Si Ujang sudah nunggu kamu diruang tamu.”
“Aduh Ujangngngng…” dengan nada sedikit meninggi karena kaget dan bingung suara Noni terdengar keluar kamar hinggap di telinga Ujang.
“Kamu gak perlu keluar kamar kok, kalau masih mau leyeh-leyeh mama bisa minta Ujang menunggu, dia pasti ngerti.” Sambil memeluk gadisnya yang semakin menirus, Tante Lady berupaya menyamankan Noni dari kekagetannya.