"Kesambet, Pak?" Tanya Vega penuh cemas bercampur bingung.
"Aku Tanya sampai kapan kau akan tetap tinggal." Ulang Deta.
"Aku jawab, Bapak tau jawabannya." Kenang Vega.
"Lalu kau pergi?" Tanya Deta.
"Aku pergi karena sertifikasi Key grader." Polosnya Vega menjawab pertanyaan Deta.
Bertahun-tahun Vega menyiapkan Piccolo untukku di jam-jam konsentrasiku menurun.  Bertahun-tahun aku memilih menjadi saksi proses kerja kerasnya menjadi seorang abdi kopi sejati seperti sekarang. Bertahun-tahun aku memilih memperahtikannya dari balik counter bar dan layar CCTV-ku. Membiarkan dia melewati tiap momentnya dan hanya bisa menjadi pengamat setia. Bahkan ketika hampir sekujur tangannya terguyur air  panas. Aku hanya bisa mengutuk diriku yang tak bisa mengoleskan salap luka bakar untuknya. Bertahun-tahun kami bahkan tak sadar kalau hati kami saling ketergantungan.
Ve, kamu memang sulit dipahami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H