Mohon tunggu...
Piccolo
Piccolo Mohon Tunggu... Hoteliers - Orang biasa

Cuma seorang ibu biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perempuan Tak Tamat SD Itu Guru Besarku

20 Mei 2020   02:22 Diperbarui: 20 Mei 2020   17:37 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: KOMPAS.com/Shutterstock)

"Kau hapalkanlah lapak-lapak tempat langganan Mamak, ya. Kalau belanja sama mereka, biasanya Mamak dikasih ngutang."

Dulu waktu kecil aku memang sering menemani Ibuku ke pasar kalau aku libur sekolah. Tapi semakin aku besar, Ibu semakin jarang mengajakku. Kalau aku libur sekolah pun, Ibu pasti menyuruhku diam di rumah. Mengerjakan apa pun yang bisa kukerjakan di rumah.

"Sudah besar anakmu ya, Kak Ros. Ganteng kali. Jodohkanlah sama anak gadisku." Ibu pemilik kios itu melempar canda pada Ibuku.

"Ah, biarlah dia yang memikirkan jodohnya, Eda." Balas Ibuku tak mau ambil pusing.

Keranjang kami sudah penuh dengan sayur-sayuran dan bumbu dapur. Ibu cepat-cepat mengajakku pulang agar tak kesiangan berjualan nanti.  Dengan sabar Ibu mengerjakan semua. Aku membantu semampuku, menunggu instruksinya. Matahari mulai meninggi. Hari ini sepertinya berbeda dengan kemarin. Matahari tak terlihat malu-malu muncul. Tak ada awan menutup cahayanya. Langit cerah. Biru itu rasanya terbentang luas.

Aku menyusun semua keperluan untuk berjualan nanti. Ini hari pertamaku berjualan sendiri tanpa Ibu. Jelas aku sangat bersemangat. Aku seperti ingin menunjukkan baktiku padanya. Aku ingin menunjukkan pada Ibu bahwa aku tak pernah gengsi menjadi calon sarjana yang hanya anak penjual mie pecel keliling.

Setelah mengecek semua kembali, Ibu memberangkatkanku dengan doa. Seperti biasa sebelum pergi ke mana pun, aku selalu mencium tangan yang selama ini merawatku dengan sangat luar biasa.

"Ini buat bekal buka puasa nanti." Ibu memberikan kotak nasi berisi nasi dan lauk. Ah, entah kapan Ibu akan sadar kalau anaknya sudah sebesar ini.

Aku mengayuh gerobak sepeda sesuai jalur yang aku lewati kemarin bersama Ibu. Pembeli hari ini rasanya lebih banyak dari kemarin. Mie pecel dan gorenganku tinggal separuh.

Ternyata di ujung ruko kemarin ada lapangan bola. Ramai orang sedang bermain bola sambil menunggu jam berbuka puasa. Kuparkirkan gerobakku di bawah pohon. Rindang pohon yang berjejer membuat sekeliling lapangan terasa lebih teduh. Angin yang berhembus membuatku mulai mengantuk dan tertidur sebentar.

"Bang, beli." Aku bergegas bangun dengan bersemangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun