"Saya mau istirahat boleh, Pak?" Aruna berdiri seolah memberi isyarat pada Kanaka untuk segera pergi.
"Masuklah. Kalau perlu sesuatu, cepat kabarin."
Kanaka memperhatikan Aruna menuju kamarnya. Tepat di depan pintu kamar, Aruna tumbang.
"Ra, ke kamar Bu Aruna sekarang. Bantu saya bawa Bu Una ke klinik. Dia pingsan." Kanaka segera mencari bantuan.
Kali ini Kanaka bisa merasakan demam di tubuh Aruna jelas bukan demam biasa.
Dokter Deni memberi surat rujukan untuk Aruna. Dia harus dirawat intensif di rumah sakit dengan peralatan yang lebih lengkap.
"Ra, kamu dan Mail tolong antar Bu Una ke rumah sakit yang dirujuk Dokter Deni, ya. Tolong jangan tinggalin Bu Una sebelum saya datang."
Jarak lokasi ke rumah sakit terdekat sekitar dua jam perjalanan. Dokter Deni sengaja memberikan obat tidur untuk Aruna. Kanaka tak berhenti berkomunikasi dengan Fara untuk memantau kondisi tebaru Aruna.
"Hasil test laboratoriumnya sudah keluar, Pak. Positif DBD." Fara memberi kabar terbaru.
Kanaka hanya bisa menarik napas panjang. Menutupi rasa kalutnya.
"Komplikasi, Pak. DBD, thypus dan bronchitis." Fara melanjutkan.