Pesan singkat dari Kanaka muncul di layar hp Aruna. Lelah di seluruh tubuhnya membuat Aruna tak ingin membaca pesan yang baru diterimanya.
Aruna merebahkan badannya di atas tempat tidur setelah meminum obat rutinnya. Tanpa obat itu, Aruna nyaris tak bisa menikmati tidur nyenyak.
Badan Aruna menggigil. Demamnya tinggi. Tapi dia tetap memaksakan bekerja. Musim hujan di daerah itu membuat staminanya menurun. Hampir setiap berangkat dan pulang kerja dia kehujanan.
Ke ruangan saya sekarang. Instruksi singkat yang dikirmkan Kanaka membuat Aruna melangkahkan kaki menuju ruang kerjanya.
"Ikut saya."
"Kemana, Pak?" Aruna rasanya sudah tak sanggup melangkahkan kakinya barang selangkah pun.
"Ikut saya. Kita ke low land." Jawab Kanaka tegas.
Hanya perlu hitungan detik untuk Kanaka untuk tahu Aruna ada di kondisi tidak baik. Wajah Aruna yang memerah seperti tomat, suaranya yang berbeda, rasanya sudah menjelaskan kondisi kesehatannya.
"Turun." Perintah Kanaka.
"Ngapain ke klinik, Pak?" Tanya Aruna yang masih berada di posisinya.
"Turun." Kanaka mengulang. Masih tak ada pergerakan dari Aruna.