"Maaf, Dok. Saya mau istirahat di kamar saya saja. Kompres saja dan paracetamol sudah cukup rasanya." Aruna menolak.
"Baiklah. Kita observasi dua jam ya." Dokter memberi rangkaian instruksi pada suster.
Aruna dibawa ke ruang observasi. Kanaka masih melanjutkan berbincang dengan dokter Deni.
Benzodiazepin. Apa benar Aruna menggunakan obat penenang? Apa ada hubungannya dengan insomnia akut yang sudah bertahun dialami Aruna? Rasa penasaran Kanaka pada perubahan sikap Aruna makin besar.
Kanaka menyusul Aruna ke ruang observasi. Dia melihat Aruna sudah tertidur nyenyak di sana. Dia mengecek perkembangan Aruna pada suster Evi.
"Sus, kalau Aruna sudah bangun, suster boleh telepon saya, ya. Saya yang akan jemput Aruna nanti."
Kanaka meninggalkan Aruna yang masih tertidur di klinik. Dia harus kembali ke ruangannya. Ada banyak laporan yang harus dia kerjakan.
Kanaka kesulitan mengumpulkan konsentrasinya. Aruna tiba-tiba menjelma menjadi penuh misteri.
"Il, tlg antar kunci kamar c4-4 ke ruangan saya." Kanaka tiba-tiba ingin mencari tahu kebenaran tentang Aruna.
Setumpuk obat yang namanya tidak pernah terdengar dijual bebas ada di samping tv dikamar Aruna. Dr.Vicandani, SpKJ. Ternyata benar. Tapi apa yang sebenarnya terjadi pada Aruna.
"Bu Aruna sudah bangun, Pak." Suster Evi memberi kabar lewat telepon.