Diah tersenyum.
"Diah laper, Mas. Tadi siang cuman makan buah saja. Tapi santai saja, Mas. Filmnya jam 6 kan mulainya? Masih ada waktu. Tuh sayang, baksonya masih ada setengah. Dihabisin dulu, gih."
"Siaap, Ayang Beb."
Food court tempat mereka berada terletak di sisi utara lantai dua pusat perbelanjaan. Dari situ bisa terlihat jelas pemandangan di luar dari beberapa jendela yang berbahan kaca. Boy beruntung, ternyata bermenit-menit kemudian hujan masih turun dengan deras.
10 menit kemudian dia merasa gawai di saku celananya kembali bergetar. Gawainya memang dibuat silent, tapi getaran jika ada yang mengirim pesan atau menelepon masih tetap aktif.
Jangan-jangan Marni lagi, batinnya.
Padahal saat itu dia dan Diah lagi mengobrol dengan seru.
"Ayang Beb, aku ke toilet dulu ya, bentar ..."
Diah mengernyitkan kening.
"Gak tahu nih, kenapa tiba-tiba perut bermasalah gini. Bentar ya,"
"Iya, iya, Mas,"