Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Dukun Milenial

4 Mei 2022   19:51 Diperbarui: 4 Mei 2022   19:52 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari: pixabay.com

Keduanya duduk berhadap-hadapan dengan altar di tengah-tengah mereka. Mbah Roy melepas jasnya lalu menutup mata dan mulai mengucapkan beberapa mantra. Sesekali tangannya disapukan ke atas layar HP Rara.

Awalnya Rara berusaha menajamkan pendengaran untuk mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Mbah Roy karena yang terdengar hanya gumaman. Tapi lama-lama dia cuek. Toh Mbah Roy menyuruhnya duduk tenang saja.

Makhluk gaib setinggi pintu ruangan berkulit hitam legam muncul dari punggung Mbah Roy. Dia lalu membisikkan sesuatu.

"Bos, ini ceweknya cantik banget. Buat aku saja ya?"

Tentu saja sosok itu tidak kasat mata untuk manusia biasa seperti Rara. Kalau bisa terlihat, Rara pasti sudah menjerit ketakutan dan kabur dari situ.

"Huss!" bentak Mbah Roy dengan suara dikecilkan. Matanya tetap tertutup rapat.  "Itu klien kita, goblok! Profesional sedikit kamu. Sasaran kamu itu cowoknya, lihat baik-baik fotonya. Awas kalau kamu berani macam-macam sama cewek itu, aku kurung kamu di kaleng tembakau 7 hari 7 malam. Ngerti!?"

Si makhluk gaib mengangguk-angguk ketakutan. Wajah dan tubuh Rara memang memikat. Tapi hukuman itu juga sangat ditakutinya.

"Mbah ... ngomong sama saya ya?" tanya Rara.

Mbah Roy membuka matanya. "Tadi saya bilang apa tentang duduk tenang?"ucapnya kesal. "Saya mesti ngulang dari awal lagi nih."

"Oh iya, iya. Maaf, Mbah. Saya tidak akan ganggu lagi. Maaf," balas Rara dengan nada bersalah.

Mbah Roy pun mengulang ritual dan bacaan mantranya dari awal. Kali ini berjalan mulus hingga tuntas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun