Hari mengumpulkan segenap keberanian dan mengulang-ulang di benaknya potongan kalimat yang mesti diucapkan nanti.
Halo. Maaf Mbak, mudah-mudahan aku tidak salah orang ...Â
Cindy tiba-tiba muncul dari balik station awak kabin dan bermaksud membuka salah satu bagasi di deretan belakang.
"Mbak Cindy?"
Saat itu Hari tanpa sengaja melihat sesuatu yang berkilau di jari manis Cindy. Cincin emas dengan hiasan batu permata. Nampak mewah dan elegan.
Apa itu cincin kawin? Atau ... paling tidak cincin tunangan?Â
Ah, yang manapun jawabannya, percakapan ini pasti tidak akan berakhir seperti yang diharapkan.
"Iya bagaimana, Bapak? Ada yang bisa dibantu?" sahut Cindy ramah.
"Ehm, eng, boleh minta selimutnya, Mbak?"
"Boleh, Pak. Ditunggu sebentar, ya," sahut Cindy lagi sambil bergegas ke arah station. Dia sedikit heran, karena baru saja salah satu kawannya sesama awak kabin menuju ke depan. Biasanya para penumpang akan meminta tolong pada awak kabin yang pertama kali ditemuinya.
"Ada lagi yang bisa kami bantu, Pak?"