Setelah melawan gugup puluhan menit lamanya, Rendi akhirnya berhasil mengirim pesan itu untuk gadis pujaan hatinya.
Tulisan lengkap pesannya demikian,
Hai Valentine, Selamat hari kasih sayang ya.
Aku mau kasih hadiah nih untuk kamu. Kamu lebih suka coklat atau bunga?
atau malah keduanya?
Dia sengaja mengirim pesan ini pagi-pagi buta, karena bermaksud mengajak Valentine pergi kencan hari ini. Dia tidak ingin terlambat seperti tahun lalu, dua tahun lalu atau tiga tahun lalu. Setiap kali mengajak gadis impiannya itu pergi di hari kasih sayang, jawaban nestapa yang selalu diterimanya. Valentine mengatakan sudah ada lelaki yang mengajaknya kencan lebih dulu.
Rendi pun menanti jawabannya dengan sabar - gelisah dan berdebar-debar. Dia memandangi foto profil Valentine lekat-lekat. Hanya dengan cara itu dia bisa memandang wajah Valentine dari jarak dekat sepuasnya. Di luar sana, jangankan memandang, mendekat saja dia sudah panas dingin duluan.
Terdengar suara notifikasi di gawainya. Ah, balasan dari Valentine sampai,
Hai, Tuan Pantang Menyerah, aku senang sekali memilih. Tapi aku khawatir setelah itu kamu mengajakku kencan
Kening Rendi mengernyit,
Apa aku keduluan lagi kali ini?
Emoticon senyum dari Valentine sampai beberapa detik kemudian lalu diikuti dengan kata-kata,
Sayangnya, ya, Rendi. Kamu terlambat lima belas menit. Aku sudah mengiyakan ajakannya.
Rendi menepuk jidatnya dan menghempaskan tubuhnya ke kasur. Dari ekspresinya terlihat jelas dia sedang mengutuki dirinya sendiri dalam hati.
Tapi dia tetap membalas pesan Valentine dengan tabah,
Tidak apa-apa, Valentine. Aku bisa menunggu setahun lagi
Lalu beranjak bangun dari tempat tidurnya dengan lesu. Dari balik jendela kamar, matahari terlihat masih mengintip malu-malu di luar sana. Yap, hari ini udara akan penuh dengan aroma cinta. Sementara itu, dia akan menjalani hari seperti kemarin, seolah hari ini adalah hari biasa saja yang tanpa kesan.
Rendi berpikir pesan yang barusan dikirim akan menutup percakapan mereka. Jadi dia tidak menghiraukan gawainya lagi setelah itu sampai notifikasi pesan masuk kembali berbunyi.
Secepat kilat Rendi menghampiri gawainya dan membuka pesan tersebut. Masih dari Valentine,
Tidak perlu menunggu setahun. Tanyakan kembali esok, Rendi.
Kepala Rendi kembali diisi tanda tanya. Dia baru akan mengetik pesan balasan, tapi pesan berikut dari Valentine muncul di layar gawai.
Aku seperti seorang Putri di hari kasih sayang. Tapi setelah itu ... tidak. Inilah rahasia kecilku, Rendi. Setiap tahun aku merayakan kencan pertama dan terakhir sekaligus, seperti sebuah kutukan. Jadi, mari coba peruntunganmu besok.
Jantung Rendi berdetak lebih kencang. Dia mengetik, mengapa baru bilang sekarang? Tapi dihapusnya kembali lalu diganti dengan tulisan,
Baiklah, Valentine. Tapi untuk hari ini aku akan tetap menanyakan hadiahnya, kamu lebih suka Coklat atau Bunga? Atau dua-duanya?
Tak lama kemudian balasannya muncul
Hmm... simpan dua-duanya untukku. Sampai ketemu besok ya.
Oke. Sampai besok, Valentine
balas Rendi.
Debar jantungnya bukannya mereda, malah semakin kencang. Senang, deg-degan, marah, lucu campur aduk dalam hatinya.
Sekalipun tidak merayakan hari kasih sayang, setidak-tidaknya hari ini bukan hari yang biasa, seperti kemarin. Hari ini adalah hari yang mendebarkan, karena dia akan menunggu "kutukan" Valentine benar-benar nyata atau tidak.
Dia tentu saja berharap kutukan itu nyata, agar besok dia punya peluang lebih besar untuk memasuki pintu hati Valentine.
Hari ini waktu pun terasa berjalan begitu lambat. Menunggu sehari hampir sama sensasinya dengan menunggu setahun. Bahkan dia tidak mengizinkan mimpi-mimpi masuk dalam kepalanya seperti biasa malam ini. Dia takut kebablasan bermimpi sehingga bangun kesiangan dan melewatkan momentum menanyakan kabar Valentine di awal hari.
 ... dan akhirnya alarm pagi berbunyi kembali. Rendi membuka matanya yang menghitam. Sepertinya dia hanya terlelap dua atau tiga jam lamanya.
Waktunya mengirim pesan untuk Valentine. Sambil merangkai kata-kata dalam benaknya, dia memandang hadiah yang sudah disiapkannya di atas meja.
Tiba-tiba Rendi berteriak histeris. Hadiahnya sudah berubah rupa. Bunga dalam buket sudah tergeletak layu dan coklatnya meleleh sehingga kemasan coklat bentuknya tidak beraturan lagi.
Dia benar-benar lupa, coklat dan bunga itu edisi spesial Valentine. Hanya untuk hari Valentine.
---Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H