Setelah mereka berlalu dari situ, suasana kembali sunyi dan gelap berkabut. Tapi keadaan ini bukan halangan bagi burung hantu yang bermata tajam untuk terbang ke bawah dan menemukan ikan-ikan yang berserakan di bawah pohon Oak.
Saat sedang asyik mencerna makan malamnya di salah satu cabang pohon, dari jauh terdengar deru rombongan berkuda lainnya. Pendar-pendar cahaya obor mereka sudah terlihat dari kejauhan.
Saat sampai di persimpangan, mereka dilanda kebingungan yang sama. Mereka adalah dua puluh penunggang kuda berpakaian prajurit lengkap.
Mata burung hantu yang jeli bisa segera mengenali ornamen pada pakaian dan atribut prajurit yang mereka gunakan. Bisa dipastikan mereka memang benar-benar prajurit kerajaan Galantis. Berarti rombongan berkuda yang tadi lewat adalah para pencuri yang sebenarnya.
Saat itulah burung hantu terbang dan hinggap di salah satu dahan yang terdekat dengan rombongan prajurit.
"Ada yang bisa dibantu, Tuan-tuan?"
Para prajurit terkejut dengan suara tiba-tiba itu dan spontan memasang formasi siaga. Nampaknya belum semua prajurit pernah bertemu secara langsung dengan si burung hantu.
Tapi kepala pasukan yang nampak lebih berpengalaman dan lebih ramah, mengangkat obornya dan berseru ke arah burung hantu.
"Burung Hantu yang baik, kami sedang mengejar rombongan pencuri yang baru saja menjarah dan membakar setengah dari rumah penduduk di salah satu desa. Mereka melintasi Hutan Terlarang ini dan mestinya belum terpaut jauh jaraknya dari rombongan kami. Apakah kamu mengetahui keberadaan mereka?"
"Ya, aku tahu," sahut burung hantu. "Tapi aku sudah berjanji akan menunjukkan arah jalan yang lain kepada kalian."
Para prajurit saling memandang karena tidak memahami maksud burung hantu.