Di dalam kosong melompong. Jendela kamar terbuka lebar-lebar.
"Kok tante Angel tidak ada?" tanya Joice.
"Apa tante Angel sudah pergi, Pa?" sambung Hans.
"Sepertinya begitu," sahutku lalu beranjak ke atas tempat tidur. Ada sehelai kertas yang sudah ditulisi dengan rapi, diletakkan di atas seprei.
Kami pun membaca surat itu bersama-sama.
Dear Paul, Clarice, Hans dan Joice yang baik. Mohon maaf sebesar-besarnya aku tidak berpamitan sebelum pergi. Aku akan sedih sekali jika melakukan hal itu, jadi aku rasa sebaiknya pergi diam-diam dan menuliskan surat ini sebagai ucapan perpisahan.
Terima kasih sudah menjagaku dengan baik selama ini. Terima kasih sudah membantuku membuat kembali sayap agar bisa segera kembali ke surga dengan doa-doa tulus dan suci kalian. Aku tidak tahu bagaimana membalas semua kebaikan itu.
Tapi dari setiap doa yang kalian panjatkan kepada Tuhan, aku bisa mengetahui kebahagiaan akan selalu meliputi kalian denganku atau tanpa aku sekali pun.Â
Aku akan selalu merindukan kalian. Salam damai dariku, Angel.Â
 "Dia benar-benar pergi ya," ucap Clarice. Aku mengangguk. Setelah itu kami larut dalam keheningan beberapa waktu.
Joice memecahkan keheningan itu. "Seperti bau melati, ya."