Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Malaikat yang Menyulam Sayapnya Sendiri

13 Juni 2020   20:37 Diperbarui: 14 Juni 2020   17:48 2363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari https://www.learnreligions.com (getty image)

Kami memandang helai bulu itu dengan tatapan tak mengerti. Dia pun membuat gerakan mengatupkan kedua tangan lalu menjelaskan maksudnya kepada kami, seperti biasa, dari hati ke hati.

Kini giliran kami, aku, Clarice, serta Hans dan Joice anak-anak kami yang saling memandang dengan gembira. Memang tadi malam sebelum tidur kami berdoa bersama-sama di ruang doa. Kebiasaan berdoa bersama keluarga ini sudah lama tidak kami lakukan lagi.

Rupanya, Angel berhasil mengubah sedikit energi dari doa bersama kami menjadi sehelai bulu berwarna putih itu. Semakin sering kami berdoa bersama, semakin banyak bulu yang bisa dibuatnya dan nantinya helaian-helaian bulu itu akan disulamnya menjadi sayap yang baru.

Sejak hari itu, kami pun tidak pernah melewatkan sehari pun tanpa doa keluarga. Akhirnya tanpa kami sadari doa bersama telah menjadi kebiasaan yang melekat kuat dalam keluarga kami. Sesibuk apa pun, kami selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dan berdoa bersama.

Hari, bulan dan tahun berlalu. Suatu pagi, Angel turun dan memamerkan sayap malaikatnya. Kami semua terperangah, helaian-helaian bulu angsa telah menjadi sayap yang besar dan kuat. Bahkan seingatku, lebih besar dari sayap yang kami kubur di halaman belakang.

Angel mengizinkan Hans dan Joice mengelus-elus sayap itu. Aroma melati pun menguar di ruang makan.

Tidak lama lagi, sayap ini akan sempurna, demikian bahasa kalbu dari Angel. Aku dan keluarga pun mengangguk bahagia. Kami tidak sabar menunggu waktu itu tiba.

Beberapa hari kemudian, Angel tidak kunjung turun untuk sarapan bersama seperti biasa. Clarice pun naik ke lantai dua untuk mengetuk kamarnya.

"Pa, ke sini, Pa!"

Tak lama berselang, Clarice berteriak dari atas. Aku diikuti anak-anak pun bergegas menapaki anak tangga.

"Ada apa?" tanyaku. Clarice sudah berada di pintu kamar Angel yang terbuka dan mempersilakan aku melihat ke dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun