Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelukis Langit: Kefanaan yang Indah

30 Maret 2017   22:08 Diperbarui: 30 Maret 2017   22:32 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya. Walaupun ini sebagian besar adalah lukisan langit dan segala hiasannya, aku melihat emosi yang kuat dari setiap lukisan. Bahagia, sedih, amarah… Seperti lukisan ini,” aku menunjuk lukisan yang berdiri tersandar di dinding dekat jendela. Bella mendekatkan pelitanya. Lukisan itu adalah lukisan awan kelabu dengan garis-garis halilintar yang tegas. Langit sedang marah saat itu, aku seperti sangat familiar dengan pemandangan ini. “…ada kesedihan yang dalam dan amarah yang kuat sekaligus.”

Bella mendekat dan menyentuhkan telunjuknya di atas salah satu sisi lukisan.

“Benar… langit seperti sedang marah saat itu. Lukisan ini aku buat sekitar dua tahun yang lalu.”

Ah, benar saja. Pasti ini dibuat Bella pada saat ayah pergi untuk selama-lamanya.

“Tidak salah lagi. Ini lukisanku..,” gumamku.

“Maaf, Tuan…”

“Aku juga seorang pelukis, Nona Bella. Tapi aku melukis dengan awan, purnama, hujan dan halilintar dengan langit sebagai kanvasnya.”

“Anda seorang pelukis langit, Tuan? Jadi mitos itu benar adanya?”

Terlihat binar-binar bintang dalam mata Bella. Dia benar-benar bergairah, tanpa ragu sedikitpun. Rasanya belum pernah aku melihat manusia bumi yang hatinya setulus ini. Aku pun mengangguk mantap.

“…dan Ephamus itu adalah kota di atas awan?”

“Ya, Nona Bella.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun