“Saya terpaksa bang, sa…,”
“Sst…!! Jangan bilang-bilang Bang Manto ya. Kami juga, Saya dan Asep,” bisik Doni.
Seno mengangkat mukanya dan menatap tak percaya pada bapak-bapak di depannya.
“Serius, Bang?” tanyanya.
Asep dan Doni mengangguk.
“Badrun, Curik, Paiman, Tamil sama Samijo juga,” sahut Doni.
“Pokoknya hampir semua teman-teman yang mangkal itu sekarang sudah daftar di Ngo-jek juga, makanya sekarang-sekarang ini kami sudah mulai jarang mangkal,” sambung Asep.
“Trus kenapa abang-abang pada gak ada yang berani terus terang sama Bang Manto?”
“Gak enak sama Bang Manto,” sahut Doni.
“Lagian takut juga, ngeri kalau lihat Bang Manto ngamuk. Tuh tadi saja mesti pakai darah-darah segala,” sambung Asep.
Seno menarik napas panjang pertanda lega. Kini kegalauannya telah berkurang drastis.