Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Saksi Tidak Lihat

4 Januari 2017   18:49 Diperbarui: 4 Januari 2017   19:14 2126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Saya, Pak Kadus. Nunung…”

Beberapa warga berteriak riuh. Mereka tahu, si Nunung ini memang sudah lama tidak suka sama Landoh. Ada yang bilang gara-gara kisah cinta yang belum kelar di masa lalu.

“Hmm…. kamu, Nung. Ayo cerita bagaimana kejadiannya?”

Sebelum memulai, Nunung memandang Landoh tajam. Landoh hanya bisa geleng-geleng kepala.

“Tadi malam saya lihat dari balik jendela, si Landoh itu mengendap-endap di dekat rumah Pak Oploh, persis di dekat tumpukan papan. Nah, tadi pagi ketahuan kalau papan-papan Pak Oploh hilang dicuri orang. Siapa lagi coba yang punya kepentingan kayu perkayuan kalau bukan dia, Pak Kadus?”

Kepala dusun mengalihkan pandanganannya ke Landoh. Dia kembali melambaikan tangan, lalu menyahut

“Tadi malam memang giliran saya yang ronda, Pak Kadus, berdua dengan si Otong. Tapi pas lewat depan rumah pak Oploh, si Otong sedang mampir kencing di semak-semak, jadi mungkin Nunung melihat saya hanya sendiri. Tapi sumpah, saya tidak sampai masuk ke halaman Pak Oploh. Saya juga tidak mengendap-ngendap…,” Londoh membela diri.

Otong yang duduk di barisan depan warga mengangguk-angguk membenarkan.

“Kamu lihat ada yang mencurigakan di sekitar rumah Pak Oploh? Papannya masih ada di sana nggak?” tanya kepala dusun lagi.

“Wah, saya tidak merhatiin itu, Pak. Kalau yang mencurigakan… tidak ada!”

Kepala dusun kembali memandang Nunung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun