Senja menyapa kompleks Bumi Asri Mekar Mewangi, perumahan warga menengah di salah satu sudut metropolitan.
Pada waktu seperti ini, Memet bersama beberapa rekannya sesama tukang ojek sudah stand by dengan manis di pangkalan ojek mereka. Mereka sepakat memberi nama pangkalan mereka dengan nama POC (bacanya pi o si, ya) biar keren, rada-rada british gitu. Padahal begitu ditanya arti POC, jawaban mereka endonesia juga, Pangkalan Ojek Cinta. Hehe. Nama itu disematkan dengan harapan tukang-tukang ojeknya selalu melayani dengan penuh cinta.
Dan sepertinya penumpang lagi ramai, biasa didominasi karyawan-karyawati yang baru pulang dari tempat kerja mereka.
Nah, sore ini rejeki Memet lagi kinclong. Baru mangkal beberapa menit, sudah ada penumpang yang mampir. Penumpangnya seorang cewek bening yang tinggal di salah satu rumah kontrakan dalam kompleks. Memet juga sudah beberapa kali mengantar cewek itu. Tapi dia termenung. Sudah seakrab ini, dia belum pernah tahu nama cewek itu.
Makanya saat mulai menelusuri jalan-jalan kompleks dia sengaja melambatkan laju motornya agar bisa bercakap-cakap lebih leluasa.
“Neng,” sapa Memet.
“Iya, Bang.”
“Hidup ini aneh ya. Saya sudah sering membonceng Neng, tapi sampai sekarang saya belum tahu siapa namanya.”
Cewek itu tersenyum.
“Nama saya Andrew. Namanya Neng siapa?”
Cewek itu memukul kecil bahu Memet.