Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

[Basalto Terakhir] Penyihir Misterius

29 Juni 2016   12:37 Diperbarui: 29 Juni 2016   12:44 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari: www.madeinsouthitalytoday.com

Tak lama kemudian, ketiga penyihir sudah menelusuri lorong-lorong bawah tanah, setelah melewati ruangan dalam bangunan utama padepokan yang telah penuh debu dan sarang serangga.

 Mereka memendarkan batu mulia di ujung tongkat sihir masing-masing agar menjadi sumber penerangan mereka.

Mereka tak berhenti berdecak ngeri setiap kali menemukan sisa-sisa perisai sihir berkekuatan tinggi yang berhasil dilucuti penyihir yang mendahului mereka. Setelah memeriksa beberapa ruangan yang diberi simbol dengan hasil nihil, mereka pun sampai pada ruangan terakhir. Ruangan itu berada pada lantai paling bawah. Mereka terkejut, begitu melihat lorong yang dipenuhi bangkai kalajengking.

“Sihir api,” gumam Enror.

“…sepertinya mereka selalu selangkah di depan kita,” sambung Orion.

“Mari berharap penyihir itu tidak berhasil menemukan yang kita cari, walaupun aku benar-benar memiliki firasat buruk tentang ini,” suara Mirina terdengar bergetar.

Sayangnya, firasat Mirina memang terbukit benar.

Orion berhasil membuka ruang rahasia yang dimaksud dengan mantra yang sesuai namun begitu tembok pembatas ruangan terangkat ke  atas dan menyingkapkan isi ruangan, mereka terkejut.

Ruangan berisi meja dan lemari-lemar nampak terobrak-abrik. Dari bekas debu dan keadaan ruangan, jelas terlihat kalau sebelumnya ada orang yang masuk ke ruangan itu dan saat keluar membawa serta sebagian isi ruangan.

Orion dan Enror kelihatan semakin cemas. Mirina yang bertampang paling dingin tetap tidak bisa menyembunyikan ekspresi serupa dari gurat-gurat wajahnya.

“Pelakunya bukan hanya satu penyihir…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun