Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

[Basalto Terakhir] Penyihir Misterius

29 Juni 2016   12:37 Diperbarui: 29 Juni 2016   12:44 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari: www.madeinsouthitalytoday.com

Cerita Sebelumnya: [Basalto Terakhir] Peta dan Mantra

---

Pintu portal terbuka di dekat batu kubur mendiang Guru Shandong. Mereka sudah beberapa kali mengunjungi makam tokoh besar dalam sejarah kaum sihir tersebut. 

Sekalipun sudah berumur puluhan tahun, kuburan itu tetapi terjaga kebersihannya. Beberapa kaum sihir yang tinggal dekat dengan lokasi tersebut secara rutin datang dan membersihkan kubur tersebut, termasuk kubur raja Basalto yang dibangun tidak terlalu jauh dari kuburan guru Shandong, di dataran yang lebih rendah.

Keadaan kubur Guru Shandong yang terawat begitu kontras dengan keadaan di sekitarnya. Halaman belakang istana yang mengarah di tepi sungai Kharrum kini telah dipenuhi dengan semak belukar dan tanaman bersulur. Beberapa pohon juga nampak telah menapakkan akar-akarnya dan memenuhi tempat itu.

Mirina, Enror dan Orion kemudian melangkah melewati semak-semak menuju ke arah padepokan.  Matahari pagi baru saja menyapa wilayah itu,  jadi dinginnya embun masih bisa terasa menggantung di udara.

Sesekali hewan-hewan liar seperti serangga raksasa dan hewan-hewan pengerat yang ditinggalkan malam menghalangi jalan mereka. Tetapi mereka berhasil mengusir hewan-hewan itu dengan satu dua sentilan sihir.

Setelah melewati hutan setengah belantara, mereka sampai di halaman depan padepokan. Di situ hanya tersisa sedikit rerumputan. Tidak ada perdu atau semak belukar yang tumbuh. Konon, mantra kuno agar halaman tidak diganggu oleh tanaman liar memang pernah dipasang oleh pendahulu Guru Shandong, dan sampai sekarang mantra itu tetap bekerja.

Sementara itu, rumah-rumah padepokan tinggal jadi puing-puing. Satu-satunya bangunan yang masih cukup utuh adalah bangunan utama padepokan.

Mereka merinding. Bukan karena hawa pagi, tapi mereka masih bisa merasa endapan energi jahat dari emas hitam yang disembunyikan dalam ruang bawah tanah padepokan.

“Luar biasa… Bahkan setelah diberi perisai yang banyak, endapan hawa jahat dari emas hitam itu masih bisa terasa sampai di luar sini,” ucap Orion.

Enror membenarkan. Tapi Mirina nampak ragu-ragu. Dia berjalan mendekat ke arah pintu bangunan utama padepokan yang sudah terlepas dari engsel-engsel pengikatnya.

“Aku merasa ada endapan energi sihir lain di tempat ini,” ucapnya.

Enror dan Orion mengikuti langkah Mirina perlahan sambil menajamkan indra sihir mereka. Mirina benar.

“Kalian merasakannya?” tanya Mirina lagi. “Ada endapan sihir di tempat ini, sepertinya baru hadir beberapa hari yang lalu.”

“…ada penyihir lain yang memasuki tempat ini,” ucap Basalto.

“…dan mereka berhasil mematahkan banyak perisai sihir.” Suara Mirina meninggi. Rasa khawatir mulai menyinggahi hati Orion dan Enror, juga Mirina.

Ratu kerajaan Ruby itu lalu melebarkan kembali perkamen berisi alur peta di hadapannya. Orion dan Enror mendekat.

Peta itu berisi denah, ruang-ruang bawah tanah berusia lebih dari seratus tahun di bawah padepokan. Ada dua tingkat ke bawah tanah. Beberapa ruangan diberi simbol tertentu, seperti bulan sabit, mata kucing, bola api dan simbol lainnya. Ruangan-ruangan itu hanya bisa dibuka dengan mantra tertentu, beberapa lainnya bahkan dilengkapi dengan jebakan-jebakan mematikan.

Tujuan awal ruangan rahasia itu dibangun adalah untuk mengamankan kitab-kitab rahasia atau benda-benda berharga milik padepokan. Tapi setelah memasuki masa damai, ruangan-ruangan itu kurang difungsikan lagi.

“Aku membawa petanya, dan aku harap kamu menguasai mantranya,” tutur Mirina pada Orion.

“Aku berusaha semampunya,” balas Orion.

Tak lama kemudian, ketiga penyihir sudah menelusuri lorong-lorong bawah tanah, setelah melewati ruangan dalam bangunan utama padepokan yang telah penuh debu dan sarang serangga.

 Mereka memendarkan batu mulia di ujung tongkat sihir masing-masing agar menjadi sumber penerangan mereka.

Mereka tak berhenti berdecak ngeri setiap kali menemukan sisa-sisa perisai sihir berkekuatan tinggi yang berhasil dilucuti penyihir yang mendahului mereka. Setelah memeriksa beberapa ruangan yang diberi simbol dengan hasil nihil, mereka pun sampai pada ruangan terakhir. Ruangan itu berada pada lantai paling bawah. Mereka terkejut, begitu melihat lorong yang dipenuhi bangkai kalajengking.

“Sihir api,” gumam Enror.

“…sepertinya mereka selalu selangkah di depan kita,” sambung Orion.

“Mari berharap penyihir itu tidak berhasil menemukan yang kita cari, walaupun aku benar-benar memiliki firasat buruk tentang ini,” suara Mirina terdengar bergetar.

Sayangnya, firasat Mirina memang terbukit benar.

Orion berhasil membuka ruang rahasia yang dimaksud dengan mantra yang sesuai namun begitu tembok pembatas ruangan terangkat ke  atas dan menyingkapkan isi ruangan, mereka terkejut.

Ruangan berisi meja dan lemari-lemar nampak terobrak-abrik. Dari bekas debu dan keadaan ruangan, jelas terlihat kalau sebelumnya ada orang yang masuk ke ruangan itu dan saat keluar membawa serta sebagian isi ruangan.

Orion dan Enror kelihatan semakin cemas. Mirina yang bertampang paling dingin tetap tidak bisa menyembunyikan ekspresi serupa dari gurat-gurat wajahnya.

“Pelakunya bukan hanya satu penyihir…”

“Sepertinya kita menemukan jawaban sekaligus pertanyaan baru,” ucap Enror.

“Tidak salah, lagi. Di sinilah awal kutukan yang menimpa Putri Raja Philos,” sambung Orion.

“Itu jawabannya. Pertanyaannya, siapa mereka? dan apa yang sedang mereka rencanakan?”

Ketiganya bertatapan.

“Kita harus memeriksa perkamen dan kitab-kitab yang tersisa, siapa tahu ada petunjuk mengenai kutuk yang menimpa putri raja Philos,” ucap Enror sambil mengarahkan telapak tangannya untuk mengindrai kalau-kalau ada perisai sihir lainnya yang dipasang di ruangan itu. Tetapi sepertinya keadaan cukup aman.

“Benar. Setelah itu aku harus segera kembali ke kerajaan Zatyr,” Orion berkata mantap namun tetap tidak bisa menutupi kekhawatirannya.

---

(bersambung)

Pertama kali ditayangkan di blog dalam rangka event #Tantangan100HariMenulisNovelFC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun