“Sialan! Mereka benar-benar ingin membunuh kita. Kalau begitu kita harus berhenti main-main dengan mereka.”
“Sudahlah, Huria. Mereka hanya bawahan yang mengikuti perintah Thores. Cukup halau saja mereka dari jalanku.”
Emerald lalu memejamkan mata sambil meletakkan tangan kirinya melintang di depan dadanya. Mantra penyembuhan kembali dilantunkan untuk mengeluarkan racun yang masuk bersama serangan sihir ke dalam tubuhnya.
Sementara itu, keenam prajurit masih terus melepaskan tembakan-tembakan sihir. Ruby menangkisnya dengan sigap. Di belakang keenam prajurit berdatangan belasan prajurit lainnya.
Para prajurit kini membagi formasi mereka menjadi dua. Sebagian meladeni Ametys, sisanya bergerak menuju ke arah Emerald dan Ruby.
Emerald terbatuk, memuntahkan darah dan dahak kehitaman.
“Bagaimana keadaanmu?”
“Lebih baik,” sahut Emerald.
“Mereka berdatangan. Bisa gantian, kamu yang menahan serangan mereka. Aku akan butuh waktu sebentar untuk membaca mantra.”
Emerald mengangguk. Lalu memasang badan di depan Ruby dan berteriak lantang untuk membangkitkan semangat. Para prajurit terhenti sejenak. Menunggu serangan apa yang akan dilancarkan Emerald. Beberapa lagi nampak gentar melihat wajah garang Emerald.
“Cakra auroraaa…!!” seru Emerald lagi. Lalu batu pada tongkat sihirnya bersinar biru terang dan melesatkan gelombang sihir yang terlihat seperti ratusan larik sinar berwarna biru kemerahan ke arah para prajurit di depannya.