“Baik, konsentrasi mereka sedang buyar. Kesha, cepatlah mengejar Thores.”
Emerald mengangguk. Dia lalu berlari ke arah ujung barisan, tempat yang nampak paling mudah untuk diterobos. Saat itu hujan es lebat di atas para prajurit memang menyulitkan pandangan.
Namun tiba-tiba melesat sihir serupa cahaya petir ke arah Emerald. Emerald masih sempat menangkisnya. Namun dia terhempas beberapa langkah ke belakang. Enam orang prajurit pun berlari ke arahnya sambil terus menghujaninya dengan serangan-serangan sihir.
“Sialan! Mereka mengetahui gelagat Kesha. Aku akan membantunya, Basaman. Sepertinya kita butuh senjata tambahan untuk menghalau mereka,” ucap Ruby.
Kaki kanannya disentakkan dan dengan ilmu meringankan diri dia melayang ke arah Emerald yang gerakannya terhambat oleh serangan para prajurit.
Ametys memejamkan mata sejenak. Ujung tongkat sihirnya berpendar, lalu sambil berteriak “Badai kosmis…!” dia mengayunkan tongkat itu. Deru angin kembali terdengar menghempas para prajurit. Sejumlah prajurit berjatuhan tidak sanggup menahan hempasan angin yang ditimbulkan sihir Ametys.
“Napas 12 Naga!” seru Ruby dari udara. Tongkat sihirnya lalu memuntahkan beberapa bola api ke arah 6 prajurit di hadapan Emerald. Prajurit-prajurit itu dengan sigap menghindar, sehingga serangan sihir Ruby hanya mengenai dan menghanguskan tanah kosong.
“Kamu baik-baik saja?” tanyanya begitu sampai di samping Emerald.
“Aku terkena salah satu serangan mereka. Tidak parah, tapi bantu akumenahan mereka untuk beberapa waktu. Aku akan mengeluarkan racun sihirnya segera.”
“Mereka menggunakan sihir mematikan?”
Emerald mengangguk.