Seorang wanita memakai mantel tertutup rapat dari bawah ke atas sampai menyelubungi kepalanya seperti telah menanti-nanti kehadiran Emerald. Saat rombongan raja mendarat, angin keras yang ditimbulkan menghempas penutup kepalanya sehingga menyingkapkan rambut panjang wanita itu.
“Senang melihatmu lagi, Tabita,” Emerald menyapa duluan begitu turun dari naganya. Wanita bernama Tabita itu memberi hormat takzim.
Ekspresi Emerald berubah saat melihat lebih jelas roman Tabita.
“Apa yang terjadi, Tabita? Mengapa kamu kelihatan cemas?”
“Sesuatu yang mengerikan terjadi, Ratu. Kami… kami mohon maaf telah melalaikan tanggung jawab yang diberikan ratu kepada kami.”
“Apa yang terjadi?”
Tabita pun mengatakan yang sebenarnya.
Emerald memang benar-benar terkejut mendengarnya. Begitu pula dengan prajurit-prajurit yang sedang menurunkan perbekalan dari Er mereka.
Emerald pun berlari ke bawah, diikuti Tabita. Mereka menuju ke sebuah ruangan yang terletak di bagian tengah istana. Tidak seperti biasa, Emerald membiarkan begitu salam penghormatan dari prajurit atau beberapa murid yang kebetulan berpapasan dengannya melayang dibawa angin malam.
Saat ini pikirannya tidak bisa memikirkan hal lain selain sampai secepatnya ke ruangan tersebut. Begitu sampai, Emerald dan Tabita langsung menghambur ke dalam ruangan. Lemari-lemari penuh buku sihir dan buku pengetahuan umum menyambut mereka.
Salah satu dinding ruangan tersebut terbuka lebar, menyingkapan sebuah ruangan lain yang lebih kecil. Di tengah-tengah ruangan ada sebuah benda seperti lemari yang terbuat dari batu gunung kemerahan. Lemari itu juga memiliki pintu kecil yang telah terbuka lebar, memamerkan dirinya yang hampa. Sesuatu yang mestinya ada disitu hilang. Inilah yang mengejutkan semua orang.