"Rasakan…. Rasakan aura sihir yang begitu kuat dari peti ini.”
Keempat murid terlihat setuju.
“Sepertinya peti ini tidak bisa dibuka dengan cara lain, selain dengan mantra yang sesuai. Seperti gembok dan anak kuncinya,” ucap Kesha.
Guru Shandong mengangguk.
“Apa isi peti ini, Guru? Mengapa diberi perisai sihir yang begitu kuat?” tanya Thores.
“Isi peti ini adalah kitab sihir peninggalan keluargaku turun temurun. Kitab-kitab itu berisi pelajaran sihir tingkat tinggi, tapi tidak sembarang penyihir boleh membukanya. Kaum sihir sudah berikrar untuk tidak melakukan sihir hitam lagi di atas Gopalagos. Sejak itu, sihir-sihir tingkat tinggi hanya diajarkan kepada penyihir-penyihir tertentu saja agar tidak disalahgunakan. Aku telah mempercayai kalian Anak-anakku, dan yakin dengan kemampuan kalian saat ini.”
“Guru… Guru akan membuka kitab itu untuk kami?” tanya Thores.
“Lebih dari itu, Thores. Aku akan membiarkan kalian mempelajari secara mandiri isi kitab itu. Nah… terakhir aku membuka peti ini, empat tahun lalu, sebelum membawa kalian ke puncak gunung Eisatar. Mari berharap aku tidak melupakan satu kata pun dari mantra pembuka petinya.”
“Wah, Guru bikin penasaran saja…,” celetuk Basaman.
Ini membuat Kesha dan Huria melirik galak ke arahnya.
“Kalian tidak perlu penasaran lebih lama lagi.”