Kini dia sudah berada di depan pintu kamar nomor 12. Pintu tertutup rapi, begitu pula jendela nakonya. Sepertinya tidak ada orang di dalam, tapi lama-lama telinga Keysha menangkap lirih suara mesin televisi.
Mengingat pesan Andrew, Keysha mestinya langsung memuntir gagang pintu untuk membukanya. Tapi dia masih menjunjung tinggi kesopanan, sehingga jemarinya dibiarkan mengetuk pintu.
“Siapa…?” terdengar suara wanita dari dalam. Tapi Keysha terdiam. Dia malah lanjut mengetuk.
Pintu pun kemudian terbuka kecil dari dalam. Sepertinya pintu itu memang tidak terkunci tadi. Wajah cewek manis berhidung mancung muncul di ambang pintu. Melihat Keysha, cewek itu terkejut setengah mati dan bermaksud menutup kembali pintunya.
Untunglah, Keysha lebih sigap. Nalurinya memaksanya untuk segera mendorong pintu tersebut. Keysha menang dan cewek tadi jatuh ke belakang karena kehilangan keseimbangan.
“Siapa, beb?”
Suara Dias terdengar. Kemudian ketika pintu terbuka lebar, nampaklah pemandangan yang membuat pikiran Keysha terang benderang.
Dias setengah telanjang di atas tempat tidur, dan cewek tadi di atas lantai hanya mengenakan celana super pendek dan kutang tipis yang hampir tidak muat lagi.
“Ney…!”
Giliran Dias yang terkejut setengah mati.
Keysha bingung mau berkata apa dalam suasana serba canggung itu. Tapi yang jelas dia benar-benar marah. Kepalang tanggung, Dias menganggapnya sebagai Neysha, jadi,