Sebaliknya, genealogi negatif berfokus pada aspek-aspek destruktif dari kekuasaan dan ideologi. Ini mencakup analisis terhadap bagaimana kekuasaan dapat menindas individu dan kelompok, serta bagaimana wacana politik dapat digunakan untuk manipulasi dan kontrol sosial. T.R. Machan mungkin menyoroti bagaimana ide-ide tertentu dapat membawa dampak buruk bagi kebebasan individu dan etika dalam masyarakat.
Kedua pendekatan ini memberikan perspektif yang berbeda namun saling melengkapi dalam memahami dinamika kekuasaan dan etika dalam konteks sosial-politik. Genealogi positif berupaya untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang peran aktif individu dalam masyarakat, sementara genealogi negatif mengingatkan kita akan bahaya dari penyalahgunaan kekuasaan dan ideologi yang merugikan
Utilitarianisme adalah sebuah teori etika yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill, yang menekankan bahwa tindakan moral harus diukur berdasarkan hasilnya, khususnya dalam hal kebahagiaan yang dihasilkan untuk sebanyak mungkin orang. Berikut adalah penjelasan mengenai pemikiran kedua tokoh ini dan kontribusi mereka terhadap utilitarianisme.
Jeremy Bentham
Latar Belakang dan Pemikiran Utama
Jeremy Bentham lahir di London pada tahun 1748 dan dikenal sebagai pendiri utilitarianisme. Ia hidup pada masa perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang signifikan, termasuk revolusi di Perancis dan Amerika.
Bentham berargumen bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai "kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbesar". Ia menolak pandangan hukum alam yang dianggapnya tidak fleksibel dan tidak konkret, serta berfokus pada bagaimana hukum dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Dalam pandangannya, hukum seharusnya berfungsi sebagai alat untuk mencapai kebahagiaan mayoritas, dengan penilaian baik atau buruknya hukum ditentukan oleh seberapa besar kebahagiaan yang dapat dihasilkannya.
Prinsip-Prinsip Dasar
Kegunaan: Bentham mengembangkan prinsip utilitarianisme dengan fokus pada kegunaan, yaitu kemampuan suatu tindakan untuk menghasilkan kebahagiaan atau mengurangi penderitaan.
Rasionalitas: Ia percaya bahwa tindakan harus didasarkan pada rasionalitas dan analisis konsekuensi, bukan pada dogma atau tradisi.