"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, Â tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri." (1Petrus 5:2)
Catatan Awal
Titik kulminasi "Gerakan Uskup Pastor Orang Asli Papua (OAP)" secara terbuka dan meluas terjadi pada awal tahun 2021. Tepatnya, pada tanggal 25 Januari 2021, bertempat di Gua Maria Fajar Timur, Buper, Waena, Kota Jayapura, kelompok "Satu Suara Awam Katolik Regio Papua," menggelar konferensi pers. Salah satu seruannya adalah Uskup di tanah Papua harus memprioritaskan Imam OAP. "Meminta Uskup baru di Papua harus Pastor asli Papua," tegas Melvin F. Waine, selaku koordinator kelompok, "Satu Suara Kaum Awam Katolik Regio Papua" yang membacakan naskah konferensi pers itu.
Demikian halnya, tokoh Katolik yang sedang menjabat sebagai Bupati Kabupaten Dogiyai, Yakobus Dumupa bilang  "Apa pun aturannya, saya tidak mau tau, harus ada Uskup orang asli Papua, di tanah Papua," tegasnya, pada saat pentahbisan imam di Dogiyai, 14 Oktober 2021.
Dua tahun sebelumnya, pada saat tahbisan Imam di Keuskupan Timika, pada 4 Oktober 2019 silam, salah satu Imam yang baru ditahbiskan oleh Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM, Pastor Yuven Tekege, Pr pada saat memberikan sambutan mewakili rekan-rekannya berpesan agar Uskup Timika nanti adalah Pastor asli Papua.
"Kepada Mgr. Aloysius Murwito OFM, sebagai anggota KWI. Bapa, kami punya Uskup John di keuskupan Timika telah meletakan dasar Gereja dengan baik, bukan hanya dasar saja yang beliau letakan; segala perlengkapan untuk sebuah bangunan telah disediakan. Sekarang, keuskupan Timika, seluruh umat keuskupan Timika merindukan tukang bangunan untuk membangun Gereja keuskupan ini lagi. Tukang bangunan yang kami rin dukan itu, bukan dari mana-mana, dari lokal, karena dari lokal dia tau bagaimana keadaan bangunan. Kami tidak butuhkan yang dari luar. Kami juga sudah siap untuk membangun. Itu pesan kami untuk Bapa Uskup. Terima kasih" tutur Pastor Yuven Tekege, Pr ketika mengakhiri sambutannya mewakili imam tertahbis di Gereja Katolik Tiga Raja, Keuskupan Timika, pada Jumat, (04/10/2019) silam.
Kita melihat bahwa baik kaum awam, tokoh Katolik maupun Imam asli Papua berharap agar ke depan Paus mengangkat Pastor asli Papua menjadi Uskup di tanah Papua. Kita bertanya, "Mengapa Uskup di Papua harus berasal dari Pastor asli Papua? Bagaimana Gembala dan Domba di dalam rumah Gereja Katolik Papua saat ini? Bagaimana suara kenabian Uskup-Uskup di Papua terhadap situsi kehidupan OAP?"
Uskup Imam OAP Membuka Pintu Rumah Gereja Katolik Papua yang sedang Tertutup
Kerinduan umat Katolik di tanah Papua agar memiliki Uskup OAP kini telah terjawab. Pada hari Sabtu, 29 Oktober 2022, pukul 19.00 WIT, bertempat di gereja Katedral Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar OFM membacakan surat dari Paus Fransiskus di Vatikan tentang pengangkatan RD. Yanuarius Theofilus Matopai You sebagai Uskup terpilih Keuskupan Jayapura. Kita bersyukur karena Allah Bapa yang menciptakan rakyat dan tanah bangsa Papua telah mengangkat RD. Yanuarius Theofilus Matopai You menjadi Uskup Keuskupan Jayapura. Kita juga bersukacita, karena Tuhan Yesus, Sang Gembla Agung telah mendengarkan dan menjawab doa dan harapan umat-Nya di tanah Papua. Kita percaya bahwa terpilihnya RD. Â Yanuarius Theofilus Matopai You sebagai Uskup Keuskupan Jayapura merupakan anugerah Roh Kudus bagi tanah Papua. Â Kita berdoa agar Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus selalu membimbing dan melindungi RD. Â Yanuarius Theofilus Matopai You dalam tugas penggembalaan kawanan domba-Nya di Keuskupan Jayapura dan segenap umat-Nya di tanah Papua.
Kehadiran RD.  Yanuarius Theofilus Matopai You sebagai Uskup Keuskupan Jayapura telah membuka pintu rumah Gereja Katolik yang selama ini tampak terbuka, tetapi sebenarnya sedang tertutup rapat. Apa indikasi untuk mengatakan bahwa rumah Gereja Katolik Papua sedang tertutup? Lihatlah ke dalam, siapa yang sedang berada di dalam  rumah Gereja Katolik Papua saat ini? Bagaimana hidup OAP di dalam rumah Gereja Katolik Papua saat ini?
Di Keuskupan Jayapura, Agats, Manokwari-Sorong, Timika dan Keuskupan Agung Merauke, terutama di kota-kota, umat Katolik umumnya heterogen; sedangkan di kampung-kampung umumnya homogen OAP. Baik di kota-kota, maupun di kampung-kampung, bagaimana keterlibatan umat OAP di dalam rumah Gereja Katolik itu? Apakah OAP telah menjadi Subjek, Tuan Rumah, di dalam rumah Gereja Katolik Papua?
Pergilah ke kantor Keuskupan Jayapura di Dok II, kantor Keuskupan Agats di Agats, kantor Keuskupan Manokwari-Sorong di Sorong, kantor Keuskupan Timika di Timika, kantor Keuskupan Agung Merauke di Merauke; lihatlah ada berapa pegawai dan staf OAP yang bekerja di sana? Pergilah ke pastoran di paroki-paroki, ada berapa umat OAP bekerja di sana membantu Pastor dalam pelayanannya?
Pada hari Minggu, atau hari raya, siapa paling sibuk terlibat mengurus liturgi Gereja? Siapa sibuk menyiapkan altar dan peralatan Misa? Siapa menjadi misdinar? Siapa menjadi lektor dan akolit? Siapa tampil di bangku kor?
Kita harus mengakui dengan jujur bahwa kejayaan umat Katolik OAP berakhir sejak selesainya masa misionaris Eropa. Pada era Gereja Mandiri saat ini, yang sebagian besar kaum hierarkinya non-OAP, umat Katolik OAP secara sistematis dan terstruktur dijauhkan dari dalam rumah Gereja Katolik Papua! Terutama di kota-kota umat OAP disingkirkan dengan berbagai cara dan alasan. Kalaupun ada umat OAP yang terlibat, kita dapat pastikan itu karena status sosial tinggi, pejabat atau pengusaha.
Rumah Gereja Katolik Papua sedang tertutup bagi umat OAP yang sederhana dan tertindas! Tetapi, doa dan seruan umat Katolik OAP telah didengar oleh Tuhan Yesus, Kepala Gereja. Ia mengangkat Pastor putra asli Papua, RD. Â Yanuarius Theofilus Matopai You menjadi Uskup Keuskupan Jayapura. Di hati Uskup Yan, umat Katolik OAP meletakkan kunci harapan untuk membuka pintu-pintu rumah Gereja Katolik Papua yang tertutup itu!
Tinggal Bersama di Dalam Satu Rumah Gereja Katolik Papua
Seyogianya, gembala dan domba tinggal di dalam satu kandang! Demikian halnya, Uskup, Pastor dan kawanan domba seharusnya tinggal bersama di dalam rumah Gereja Katolik Papua. Tetapi, kenyataan memperlihatkan, acapkali gembala dan domba tidak tinggal di dalam satu kandang. Rumah Gereja Katolik Papua menjadi kosong. Secara fisik ada gedung gereja dan umat Katolik OAP, tetapi secara spiritual, keduanya terpisah jauh.
Keterpisahan gembala dan domba di Papua telah menciptakan jurang pemisah yang dalam. Gembala merasa diri seperti kaum elit, penguasa, pejabat, sedangkan kawanan domba terbuang, terkapar, bingung mau ke mana! Gembala dan domba tidak tinggal bersama sehingga keduanya tidak saling mengenal dan memahami satu sama lain.
Kekinian, kita melihat gembala dan domba berjumpa di media sosial facebook, grup WA, dll. Gembala dan domba saling kritik di pinggir jalan. Tidak jarang gembala dan domba saling menjatuhkan satu sama lain. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana saja: "gembala dan domba tidak tinggal di dalam satu rumah!"
Kehadiran Uskup OAP pertama di tanah Papua, Yang Mulia Uskup Yan You, Â sangat diharapkan menghancurkan tembok, pagar, yang memisahkan gembala dan domba! Menimbun jurang yang membuat jarak gembala dan domba menjadi jauh! Membuka kembali pintu rumah Gereja Katolik Papua, agar gembala dan domba dapat tinggal bersama!
Kebijakan pastoral sebaik apa pun yang digagas oleh gembala, apabila tidak dimulai dari tinggal bersama, berbicara dan berdiskusi bersama kawanan domba, pasti gagal. Kita telah melihat dan mengalami berbagai kegagalan pastoral selama ini. Kita melihat Gereja Katolik di Papua, secara khusus di Keuskupan Jayapura terkesan tertutup karena minim melibatkan umat Katolik OAP di dalam seluruh proses perjalanannya.
Cita-cita "jalan bersama" gembala dan domba hanya tinggal dalam mimpi tanpa aksi nyata! Sebab, kenyataannya, gembala tinggal di istana mewah sambil menutup mata dan telinganya; sedangkan kawanan domba melarat di belantara, tepi jalan dan emperan toko. Dampaknya, tindakan pastoral gembala tidak pernah menjawab kebutuhan kawanan domba. Gembala melakukan kesukaannya saja, tanpa menghiraukan duka dan kecemasan domba-dombanya!
Menjadi Gereja Katolik Papua yang Terlibat Menyiapkan SDM OAP
Gereja Katolik Papua, sejak zaman misionaris terlibat di dalam dunia pendidikan. Para misionaris membuka sekolah dan asrama. Pada lembaga-lembaga pendidikan itulah anak-anak Papua mendapatkan pendidikan formal. Kekinian, lembaga pendidikan warisan para misionaris bernaung dalam wadah Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK). Setiap Keuskupan di tanah Papua secara mandiri mengelola sekolah-sekolah yang bernaung dalam wadah YPPK.
Apakah Gereja Katolik cukup dengan sekolah dasar sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)? Mengapa Gereja Katolik sejak awal peradaban baru Papua, telah turut terlibat membuka rimba Papua, kemudian membiarkan agama lain mendirikan Universitas di atas tanah Papua? Kita berdoa dan berharap, agar kehadiran Uskup putra asli Papua yang pertama, RD. Yanuarius Theofilus Matopai You dapat membuka tabir dan kebisuan pendirian Universitas Katolik di tanah Papua!
Kita harus mengatakan bahwa pendirian Universitas Katolik di tanah Papua merupakan sebuah kemendesakan bagi umat OAP saat ini dan ke depan. Umat Katolik OAP membutuhkan peningkatan sumber daya manusia (SDM), bukan pendirian gedung-gedung gereja megah dan pastoran mewah! Selama ini, Yang Mulia Uskup Yan You memiliki perhatian besar pada dunia pendidikan di Keuskupan Jayapura sehingga pada periode penggembalaannya ini, kita percaya bahwa Universitas Katolik di tanah Papua akan segera lahir dan bertumbuh! Amin.Â
Pendirian Universitas Katolik di tanah Papua semestinya menjadi perhatian lima orang Uskup di tanah Papua. Kader-kader pemimpin masa depan Papua harus disiapkan di Universitas Katolik yang berkualitas tinggi! Dengan demikian, lahir pemimpin-pemimpin Papua yang berjiwa melayani, bukan dilayani sebagaimana yang tampak saat ini!
Ketika kita berbicara tentang pendidikan, maka seturut warisan misionaris, kita ingat akan keberadaan asrama-asrama Katolik. Gereja Katolik Keuskupan Jayapura, perlu merevitalisasi asrama-asrama Katolik, bukan sebaliknya menelantarkan atau bahkan menutupnya! Kita bangga pada asrama puteri Nurjaya, di Jalan Yakonde, Padang Bulan, tempat kader perempun dibina, tetapi mengapa kita menelantarkan asrama Tauboria dan Tunas Harapan? Padahal, ketiga  asrama tersebut letaknya bersebelahan!
Mengapa kita hanya fokus pada pendidikan Imamat di Seminari Tinggi, dan STFT Fajar Timur, sambil memunggungi dan atau melupakan kader-kader awam Katolik yang akan berlaga di dunia luas ini: politik, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dll? Ke depan, asrama-asrama Katolik, baik di Keuskupan Jayapura, maupun empat Keuskupan lainnya harus mendapatkan perhatian lebih serius. Para Uskup harus menempatkan Pastor, Suster, Biarawan/i, tenaga khusus sebagai pendamping di asrama-asrama Katolik itu! Dengan demikian, awam Katolik Papua mendapatkan pendampingan dan pembinaan berkualitas sejak dini sehingga kelak mereka dapat menjadi pemimpin yang sungguh-sungguh melayani Papua.
Kehadiran Uskup OAP, Yang Mulia Uskup Yan You harus menjadi momentum, tiang penyangga dan penanda dimulainya perubahan kiblat berpastoral dari "hanya misa saja, urusan administrasi saja dan pembangunan gedung-gedung saja" kepada pastoral pendidikan dan pengembangn sumber daya manusia OAP! Kita telah melewatkan banyak tahun untuk tidak peduli pada pendidikan dan SDM OAP, kini waktunya kita bertobat, mohon ampun kepada Tuhan Allah, meminta maaf kepada umat Katolik OAP dan bergerak meletakkan dasar pendidikan OAP ke depan.
Kita percaya, Yang Mulia Uskup Yan You, buah sulung tanah Papua akan memimpin laskar Kristus dalam mendirikan Universitas Katolik di tanah Papua. Kita percaya bahwa di dalam penggembalaan Uskup Yan You pendidikan Katolik akan lebih berkualitas. Dengan demikian, SDM umat Katolik OAP dapat menjawab tuntutan hidup zaman ini.
Â
Keraskan Suara Kenabian Demi Martabat OAP
Jalan hidup Yesus adalah jalan perendahan dan penderitaan. Putera Allah telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba menjadi sama dengan manusia (bdk. Filipi 2:7). Ia hidup di tengah umat manusia yang miskin dan rapuh. Ia berpihak pada orang miskin, sakit dan tertindas.
Seorang Uskup seperti juga Paus, yang adalah Uskup Roma. Jabatan Uskup adalah Wakil Yesus di dunia ini, secara khusus di keuskupan tempat ia menggembalakan kawanan domba Allah. Â Karena itu, Uskup memiliki tanggung jawab besar dan berat karena harus melaksanakan tugas-tugas yang dimanatkan oleh Tuhan Yesus.
Apa tugas yang Tuhan Yesus berikan kepada seorang Uskup? Kita ingat pertanyaan Yesus kepada Petrus sampai tiga kali, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?" Ketika Petrus menjawab, "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau!" Maka, kata Yesus kepada Petrus, "Gembalakanlah domba-domba-Ku!" (Yohanes 21:15-17).
Seorang Uskup adalah seorang gembala sejati seperti Tuhan Yesus. Ia menyerahkan diri dan hidupnya bagi domba-domba gembalaannya. "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya," (Yohanes 10:11). Seorang gembala juga sungguh-sungguh mengenal kawanan dombanya seperti Yesus. "Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (Yohanes 10:14).
Pada hati Uskup Yan You, umat Katolik OAP meletakkan harapannya, agar volume suara kenabian dikeraskan! Orang asli Papua sudah terlalu banyak mengalami sakit dan kematian tak berujung! Pada situasi demikian, lima Uskup di tanah Papua: Merauke, Jayapura, Manokwari-Sorong, Agats dan Timika serta Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) acapkali memilih membisu, buta dan tuli. Saat ini dan ke depan, Uskup Yan You harus mengencangkan volume suara kenabian agar kawanan domba OAP tidak lagi mati sia-sia.
Umat Katolik Keuskupan Jayapura dan segenap rakyat bangsa Papua sangat percaya bahwa Yang Mulia Uskup Yan You bukanlah seorang gembala upahan yang lari ketika kawanan domba dikejar dan dicerai-beraikan oleh serigala!" (bdk Yohanes 10:12-13). Yang Mulia Uskup Yan You, dengan tongkat gembala dan suaranya yang lantang akan melindungi kawanan domba dari serangan musuh tanpa takut dan gentar. Sebab, ia Uskup putra sulung Papua, seorang gembala sejati sama seperti Tuhan Yesus!
Catatan Akhir
Kita semua lahir dari rahim Mama, tetapi kita juga telah dilahirkan kembali melalui rahim Gereja Katolik Papua. Kita ingat ajakan dua murid di jalan ke Emaus. "Tinggallah bersama-sama dengan kami!" (bdk Lukas  24:29). Kita berharap Yang Mulia, Uskup Yan You dalam periode penggembalaannya mengundang kawanan domba untuk tinggal bersamanya dan Tuhan Yesus di dalam rumah Gereja Katolik Papua. Dengan tinggal bersama antara gembala utama (Uskup), Pastor, biarawan/i, kawanan domba, maka semua dapat saling mengenal satu sama lain. Berangkat dari saling mengenal itulah, gembala dan kawanan domba bersama-sama merancang kebijakan pastoral serta menerapkannya sesuai kebutuhan umat Allah di tanah Papua.
Undangan tinggal bersama gembala dan domba mengandaikan pintu rumah terbuka lebar. Kini dan ke depan, pintu rumah Uskup, Pastor perlu selalu terbuka. Pintu-pintu rumah gereja Katolik Papua yang tertutup selama ini harus dibuka selebar-lebarnya! Ruang-ruang percakapan antara gembala dan domba perlu disiapkan supaya impian perjumpaan gembala dan domba menjadi nyata dan berbuah!
Pada hati Yang Mulia, Uskup Yan You, kita meletakkan harapan akan lahirnya Universitas Katolik di tanah Papua. Kita juga berharap agar pendidikan dan asrama-asrama bagi kader Katolik Papua mendapatkan perhatian lebih serius. Umat awam Katolik Papua siap bekerja untuk memajukan SDM OAP melui pendidikan berkualitas! Kita membutuhkan seorang Uskup yang bersedia membuka diri dan peduli pada pendidikan dan SDM OAP. Tuhan Yesus sudah kirim Uskup itu, dia adalah Yang Mulia, Uskup Yan You.
Kita juga berhadapan dengan situasi Hak Asasi Manusia (HAM) OAP yang sangat buruk. Orang asli Papua terlalu cepat mati, entah karena sakit penyakit atau ditembak oleh polisi dan tentara Indonesia. Kita juga menyaksikan layanan pendidikan dasar, kesehatan, ekonomi di kampung-kampung di tanah Papua sangat buruk. Karena itu, Uskup-Uskup di Papua, secara khusus Yang Mulia, Uskup Yan You perlu mengeraskan volume suara kenabian. Berteriaklah dengan suara nyaring, "Jangan lagi bunuh OAP! Hentikan kekerasan terhadap OAP!"
Dengan siapa Yang Mulia, Uskup Yanuarius Theofilus Matopai You akan berjalan bersama dalam penggembalaan kawanan domba di Keuskupan Jayapura dan tanah Papua pada umumnya? Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus pasti melindungi Yang Mulia Uskup Yan You! Â Para Imam adalah Pendoa dan rekan sekerja Uskup Yan You. Hendaklah para Imam Allah menopang Yang Mulia, Uskup Yan You dengan doa dan karya nyata bagi umat Allah di tanah Papua. Demikian halnya, segenap umat Katolik dan rakyat bangsa Papua, harus kembali masuk ke dalam rumah Gereja Katolik Papua dan memberikan dukungan nyata bagi gembala kita, Yang Mulia Uskup Yan You dengan sumbangan pikiran, ide dan juga terlibat secara finansial dalam karya pelayanan sosial bagi umat Allah di tanah Papua.
Kita juga memiliki seorang Mama, yang sangat setia, yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, membesarkan Tuhan Yesus dan mengikuti Yesus di jalan salib sampai di Kalvari. Dia adalah Mama Maria. Kita berdoa dan berharap tongkat penggembalaan Uskup Yan You berada dalam doa dan perlindungan Mama Maria. Kita juga berdoa dan berharap, putra sulung Papua, Uskup Yan You mau mempersembahkan Papua kepada Hati Tak Bernoda Mama Maria. Kita percaya bersama Mama Maria, doa, impian, harapan dan cita-cita akan masa depan Papua yang lebih baik akan terwujud. Amin. [Kampung Yahim, Sentani, 9 November 2022_Petrus Pit Supardi, alumni STFT Fajar Timur, angkatan tahun 2006]
Catatan:Â Artikel ini menjadi bagian dari buku, "Uskup Orang Asli Papua, Harapan dan Kenyataan" yang telah terbit pada tahun 2023. Saya sajikan di sini, agar dapat diakses oleh pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H