Di dalam kondisi seperti ini, tua-tua adat Asmat (wayir) perlu kembali ke Jew demi mengendalikan perahu Asmat yang mulai terombang-ambing oleh pusaran badai yang tidak berujung ini.
Apa pun alasannya, sesungguhnya, tua-tua adat adalah yang pertama dan utama. Pada pundak tua-tua adat Asmat terletak hidup dan masa depan orang Asmat.
Merekalah pemelihara generasi Asmat sesungguhnya. Karena itu, setiap kebijakan pembangunan, termasuk upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Asmat harus melibatkan tua-tua adat Asmat.
Tantangan kita bersama adalah sejauh mana tua-tua adat benar-benar terlibat dan dilibatkan dalam seluruh proses kehidupan dan pembangunan di Asmat? Meskipun kita menyadari bahwa di pundak tua-tua adat terletak masa depan orang Asmat, tetapi kebijakan pembangunan Asmat, termasuk dalam usaha pencegahan HIV-AIDS belum sepenuhnya melibatkan tua-tua adat untuk berbicara dari hati ke hati tentang masa depan Asmat.
Pada diskusi-diskusi atau pertemuan-pertemuan formal di Agats, baik dengan pemerintah maupun Gereja, hadir beberapa tokoh adat. Para tokoh adat mewakili ratusan tua-tua adat di Asmat.
Para tokoh adat menyampaikan pendapat dan refleksi mereka tentang Asmat. Tetapi, setelah pertemuan-pertemuan tersebut, tidak ada tindak lanjut untuk suatu perjumpaan rutin antara pemangku kepentingan dengan tua-tua adat. Ada kesan bahwa tua-tua adat hanya dibutuhkan pada saat ada masalah atau ada kepentingan dari para pihak. Selebihnya, tua-tua adat dilupakan.
Permasalahan sosial Asmat saat ini, terutama Miras dan prostitusi liar yang berujung pada maraknya HIV-AIDS di Asmat seyogianya mendorong para pihak, terutama pemerintah daerah kabupaten Asmat untuk mengajak tua-tua adat supaya membicarakan masa depan Asmat secara menyeluruh.
Bagaimana tua-tua adat melihat kondisi Miras, prostitusi dan HIV-AIDS di Asmat ini? Bagaimana pendapat tua-tua adat tentang situasi ini? Apa pikiran dan refleksi tua-tua adat untuk mengatasi situasi sosial ini?
Tua-tua adat perlu mendapatkan ruang, waktu dan kesempatan lebih luas untuk berkontribusi secara nyata di dalam pembangunan Asmat secara menyeluruh. Permasalahan Miras, prostitusi dan HIV-AIDS menjadi satu bagian yang perlu mendapatkan perhatian dari tua-tua adat.
Apabila tua-tua adat tidak mendapatkan ruang untuk terlibat dalam pembangunan Asmat, termasuk dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Asmat, maka bagaimana dengan masa depan keluarga, marga/fam dan suku-suku di Asmat?
Karena itu, demi menyelamatkan orang Asmat, pemerintah daerah kabupaten Asmat harus melibatkan tua-tua adat dalam seluruh proses pembangunan di Asmat, termasuk dalam usaha pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Asmat yang sangat mendesak ini.