Saya sudah lama tidur tidak ada mimpi
Tempat bangun mimpi sudah lama mati
Meja kosong
Bangku sunyi
Yang ada hanya suara babi
Untung sekarang ada yang peduli
Datang dari jauh untuk bantu kami bermimpi
Terima kasih sudah peduli
Kami janji tidak akan lupa diri dengan tidak berhenti mengejar mimpi
Seruan keempat anak Papua di kampung terpencil dalam sajak, "mimpi sudah lama mati" menjadi tamparan keras bagi segenap pendidik di Papua, secara khusus di Asmat. Sebab, para kepala sekolah dan para guru yang ditempatkan di pedalaman Asmat tidak mau pergi ke kampung-kampung untuk mengajar. Mereka memilih tinggal di kota Agats.
Para guru yang tidak mau pergi mengajar di kampung-kampung terpencil di Asmat secara sadar mengubur mimpi dan impian anak-anak Asmat. Anak-anak di pedalaman Asmat tidak bisa bermimpi lebih tinggi lantaran para guru telah mengubur masa depan mereka. Ketidakhadiran para guru di kampung sebagaimana di Buetkwar telah mematikan cita-cita dan masa depan anak-anak Asmat. Karena itu, demi masa depan anak-anak Asmat, para guru, terutama kepala sekolah harus betah tinggal di kampung dan membuka sekolah supaya anak-anak bisa mengakses pendidikan dasar.