Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

SD Inpres Buetkwar, Potret Buruknya Pendidikan di Pedalaman Asmat

28 Juli 2019   15:07 Diperbarui: 28 Juli 2019   17:27 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung SD Inpres Buetkwar. Dokpri.

Perihal sekolah dasar di pedalaman Asmat yang mati sudah menjadi rahasia umum. Setiap pejabat di Asmat mengetahui kondisi sekolah di kampung-kampung yang sedang mati itu. Tetapi, siapa mau peduli? Para pejabat seakan membisu menyaksikan generasi emas Asmat tidak bisa sekolah. Bahkan Gereja-Gereja pun membisu menyaksikan warga jemaatnya tidak bisa bersekolah. Demikian halnya, orang adat diam seribu bahasa ketika melihat sekolah tutup lantaran tidak ada guru.

"Saya punya strategi untuk membawa sekolah-sekolah dasar menjadi hidup kembali. Saya usulkan supaya guru-guru terbaik menjadi kepala sekolah di semua SD di kabupaten Asmat. Hanya dengan cara itu, sekolah-sekolah di kampung terpencil akan hidup," tutur Kepala Seksi Ketenagaan Dinas Pendidikan kabupaten Asmat, Laurensius Lorang.

Laurensius prihatin melihat pendidikan dasar di Asmat. Ia menyaksikan banyak kepala sekolah dan guru tinggal di Agats. Padahal, mereka seharusnya berada di kampung untuk mengajar anak-anak.

"Saya usul untuk ganti semua kepala sekolah yang tidak aktif mengajar di kampung-kampung. Tetapi, semua kembali kepada pimpinan. Saya hanya bawahan saja. Saya mengusulkan, tetapi keputusan ada di pimpinan, bukan saya," tutur pria yang menyelesaikan pendidikannya di STFT Fajar Timur ini.

Benturan kepentingan politik yang merembes masuk ke dalam dunia pendidikan telah mencoreng wajah pendidikan dasar di Asmat. Acapkali penempatan kepala sekolah  sangat dipengaruhi oleh kepentingan politik.

Guru-guru yang tidak memiliki prestasi dan integritas pun mendapat kesempatan menjadi kepala sekolah dasar lantaran memiliki relasi dengan pejabat yang sedang berkuasa. Mereka tidak membuat sekolah menjadi lebih baik. Mereka justru merusak sekolah dasar di kampung-kampung terpencil, tempat mereka ditugaskan.

Generasi Tanpa Impian

Salah satu ruang kelas yang sudah rusak berat. Dokpri.
Salah satu ruang kelas yang sudah rusak berat. Dokpri.

Beberapa bulan lalu video pendek berdurasi 1 menit, 7 detik beredar luas di media sosial. Di dalam video tersebut menampilkan empat anak Papua menuturkan pengalaman mereka di kampung terpencil dalam sajak: "Mimpi sudah lama mati." 

Siang itu, saya masak sagu dalam kuali

Panas terbakar setengah mati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun