Ia tidak memiliki dana operasional yang besar. Ia memiliki satu speed 40 PK. Mesin mercury tua dan sering rusak. "Saya punya mesin mercury 40 PK sudah tua. Sering macet di perjalanan. Minggu lalu, kami terkatung-katung di tengah sungai sampai empat jam karena mesin rusak," tuturnya senduh.Â
"Saya punya impian ada mesin 40 PK baru merek Yamaha. Mesin Yamaha kuat. Larinya juga cepat. Kalau sudah ada mesin baru, dua kali sebulan saya dan Kordis, Arita, kami akan ke kampung-kampung jauh di luar pusat Distrik Akat untuk mendampingi kampung, sekolah dasar, Pustu dan bicara HIV-AIDS. Saya sayang sekali, selama ini masyarakat terlantar. Saya mau pergi sendiri ke kampung-kampung setiap bulan, biaya bensin mahal dan mesin juga sering rusak," tuturnya penuh harap.
Pastor Vesto mengungkapkan bahwa kehadiran landasan Papua di Distrik Akat sangat membantu dirinya dalam berpastoral. Sebab, apa yang dikerjakan  landasan sejalan dengan pelayanan pastoral di bidang pemberdayaan kampung, pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat. " landasan sangat membantu saya. Semua kampung umat saya, Katolik, kecuali Beco, Yuni dan Buetkwar. Di ketiga kampung itu jemaat Protestan, tetapi saya rangkul mereka semua," terangnya.
"Khusus untuk pemberdayaan ekonomi, saya sudah minta Pak Don dan Pak George untuk mendatangkan Bruder Elias Logo OFM ke Ayam. Mudah-mudahan bulan Agutus 2018, pelatihan dan pendampingan petani sayur di Ayam bisa segera dimulai, karena kelompok tani sudah siap. Saya sudah umumkan di gereja dan masyarakat senang sekali," ungkapnya.Â
Di tengah kegembiraan atas kehadiran LANDASAN Papua di Distrik Akat, Pastor Vesto masih memiliki impian lain. Ia berharap ke depan ada donatur yang rela membantunya merehab rumah pastoran yang hampir roboh. "Rumah ini sudah umur 50 tahun lebih. Ada 80-an tiang umpak penyangga, tetapi semua sudah keropos. Masih tersisa 11 tiang yang tertancap di tanah tetapi sudah mau keropos juga. Kalau angin kencang rumah goyang sehingga kami tidur malam selalu waswas," kisahnya.Â
Dirinya mengungkapkan bahwa rumah pastoran St. Martinus de Pores sederhana dan sudah lapuk tetapi tim kompak landasan yang ke Ayam dan menginap di pastoran tidak pernah mengeluh. Dirinya mengucapkan terima kasih bahwa meskipun rumah tinggalnya jelek tetapi setiap kali ke Ayam pasti tim menginap di pastoran. "Pit, saya malu pada Bapa-Ibu dari KOMPAK LANDASAN. Saya punya rumah pastoran ini sudah lapuk. Kalian datang tidur di tempat yang tidak layak ini. Semoga ke depan ada donatur yang membantu sehingga saya bisa rehab supaya kalian datang bisa tidur di tempat yang layak," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Pastor Vesto sosok sederhana. Ia mudah bergaul. Ia melayani orang Asmat dengan hati tulus dan ikhlas. Ia tidak memiliki fasilitas mewah di tengah hutan Asmat, Ayam, Distrik Akat. Di rumah pastoran yang hampir rubuh itu, ia menggembalakan kawanan domba yang dipercayakan kepadanya.
Di sela-sela perbincangan di depan rumah pastoran tua itu, ia berujar, "Pit, Ibu Astrid, Pa Don, Pa George dan tim KOMPAK LANDASAN bulan Oktober datang ke Ayam. Ini sudah ada kolam ikan. Ikannya sudah besar. Kita bisa bakar-bakar ikan itu," tuturnya menutup kisahnya yang menganggumkan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H