Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meneropong Kampung Tangguh Tablanusu, Papua

26 Desember 2016   22:50 Diperbarui: 26 Desember 2016   23:07 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat tiba kembali di Tablanusu hari sudah sore. Pukul 16.30 WIT, saya pergi ke pantai. Saya menyusuri tepi pantai, terutama di area Suwae resort. Ada pondok penginapan. Ada ruang pertemuan. Bangunan tertata rapi. Di halaman ada pohon kelapa. Lampu terpasang di beberapa pohon kelapa. Suasana sore ini benar-benar indah.

Sesudah dari pantai, saya menyusuri kampung. Berjalan di atas batu-batu kecil memberikan kesan tersendiri. Tak mudah dilukiskan dengan kata-kata. Suatu perasaan kagum bahwa di kampung terpencil ini, di bibir samudra pasifik terdapat panorama alam yang indah. Bukan itu saja warganya pun ramah.

Saya kembali ke rumah Bapa Simson Soumilena, tempat kami menginap. Teri dan Farid beristirahat. Saya pun istirahat. Malam hari, saya mandi. Sesudah itu, kami makan bersama. Malam ini, kami menikmati makanan siang yang sudah disiapkan oleh ibu-ibu PW. Di lantai, kami bersila dan menikmati makanan yang lezat itu, sambil sesekali berbagi pengalaman satu sama lain. (Tablanusu, 11 Oktober 2016; pukul 06.30 WIT)

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Catatan refleksi

Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua sudah terkenal sejak lama sebagai daerah wisata pantai. Secara pribadi, hari ini 10 Oktober 2016, merupakan kali kedua saya menginjakkan kaki di kampung ini. Dan merupakan pertama kali bertatap muka dengan warga kampung Tablanusu.

Hari ini, kami memulai kegiatan fasilitasi ketangguhan masyarakat di kampung Tablanusu. Kami akan tinggal selama sepekan dan bersama-sama dengan masyarakat, khususnya yang tergabung dalam kelompok kerja (Pokja) untuk berdiskusi dan merencanakan penanggulangan bencana di kampung Tablanusu.

Pada kegiatan pembukaan ini, kepala kampung hadir. Ia memberikan arahan. Saya tertarik pada pernyataannya bahwa masyarakat kampung sendiri yang mesti pertama-tama menolong dirinya sendiri apabila terjadi bencana alam. Artinya, masyarakat harus siap sedia, bersikap waspada dan berjaga-jaga. Karena itu, tepatlah pendampingan semacam ini untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam upaya mencegah dan menghadapi bencana alam.

 Seluruh proses pendampingan ini menuntut keterlibatan masyarakat, terutama Pokja. Sebab, merekalah yang akan mencari dan menemukan serta melaksanakan apa yang perlu untuk kampung Tablanusu. Partisipasi Pokja sangat menentukan keberhasilan pendampingan ini. Fasilitator bersifat membantu.

Selain itu, Ibu Lenny Pasulu memberikan arahan yang tidak kala menariknya bahwa program ini tidak menjanjikan uang atau bangunan fisik, tetapi memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal membangun kampung. Ia juga meminta agar warga kampung Tablanusu menerima kami fasilitator seperti anak, adik dan kakak mereka. Suatu wejangan yang melampaui kategori sosial, suku, budaya, adat dan agama. Melalui proses fasilitasi ini bukan hanya terjadi proses transfer ilmu, tetapi juga saling mempelajari, saling menerima dan menghormati satu sama lain.

Saat ini, di Papua seiring pemberlakuan otonomi khusus, ada banyak dana masuk ke kampung-kampung. Tujuannya, masyarakat memanfaatkan berbagai dana itu untuk pembangunan di kampung. Masyarakat sendiri yang membangun kampungnya. Namun, di balik gagasan cemerlang ini, tersimpan persoalan bahwa masyarakat terbiasa mengukur segala pekerjaan dengan uang. Semangat gotong-royong dan kerja sama semakin memudar. Apabila ada uang masyarakat kerja. Kalau kerja sosial, tanpa uang masyarakat tidak mau terlibat. Pemberian diri untuk kampungnya sendiri terasa berat.

Melalui proses fasilitasi ini, masyarakat kampung Tablanusu diarahkan untuk mengembangkan semangat gotong-royong untuk mencapi Tablanusu sebagai kampung tangguh. Suatu kampung yang mandiri dalam menghadapi berbagai permasalahan, baik pembangunan maupun kebencanaan. Untuk itu, diperlukan suatu perencanaan yang baik melalui diskusi dan pendalaman, sehingga kegiatan yang akan dilakukan benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun