Aroma obat yang tak asing menusuk hidungku, dan aku terbangun diatas ranjang rumah sakit dengan selang infus di tanganku. Ibu langsung memeluk-ku, sambil mennagis. Awalnya aku pikir itu tangisan bahagia, karena anak semata wayangnya masih bisa kembali ke dunia.Â
Setelah merenggangkan pelukannya, ibu menggendong ku dan mendorong infusan keluar dari kamar.Â
"Kita lihat ayah ya." Ucap ibu sambil terus menyeka air matanya.
Ibu membawaku ke ruangan yang memliki bau obat lebih menyengat. Disana ada banyak meja panjang yang ditutupi oleh kan putih. Aku pun tak tahu apa yang ada dibalik kain putih itu. Ibu membawaku lebih dekat dengan meja yang berada di dekat jendela. Perlahan ibu mulai membuka tutup kain putih sambil menahan isak tangis. Wajah yang setiap hari tersenyum dan dengan girangnya akan mengajakku ke Mekdi pagi tadi muncul.Â
"Ayah tidur?" Tanyaku "Ayoo bangunin, kan kita mau makna Mekdi bu! Nanti habis mainannya" Ucap ku memburu ibu agar segera membangunkan ayah.Â
"Iyaa.. ayah tidur, nanti kita tetep ke Mekdi ya. Tapi ayah ga ikut ya, kita berdua saja" Ucap ibu terisak.
Kalau saja saat itu aku mengerti apa arti tidur yang ibu ucapkan. Mungkin aku takan bisa berhenti menangis semalaman. Persis seperti yang ibu alami.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI