Mohon tunggu...
Perwita Suci
Perwita Suci Mohon Tunggu... Freelancer - Student

Happiness Girl

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Cerpen: Bersama Ayah

12 November 2020   11:25 Diperbarui: 12 November 2020   11:32 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayah menuntunku turun dari ranjang dan membawa infusan di tangan kirinya dan menggandengku dengan tangan yang satunya. Sepanjang perjalanan ia banyak sekali bercerita. Satu diantaranya adalah cerita tentang Kancil dan Buaya---yang sampai saat ini aku masih hafal ceritanya. Puas berkeliling Rumah Sakit, ayah mengajakku kembali ke kamar. Sebelum aku tidur, ayah berbisik kepadaku 

"Ayoo cepet sembuh, ayah kemarin lihat ada mainan baru loh di Mekdi." Ucap ayah berbisik ke telingaku. Dan seketika itu pula, aku bertekad untuk segera sembuh dan pergi ke Mekdi. 

Dan ajaib, keesokan harinya tubuhku berangsur membaik. Saat dokter memeriksaku, dia bilang besok aku sudah boleh pulang. Aku senang bukan main, akhirnya aku sudah tidak harus lagi minum obat dan makan bubur yang tidak ada rasanya itu. Aku ingin cepat-cepat makan ayam goreng dan punya mainan baru tentunya. 

Keesokan harinya, ayah datang membuka pintu kamar. Aku langsung menyadari kalau hari ini ayah terlihat lebih lelah dari biasanya. Matanya yang biasa terbuka lebar, sekarang agak sayup. Tapi semua itu tak menghilangkan senyum  dari wajahnya.

"Horee.. anak ayah udah sembuh, mau makan Mekdi ya?" Ulas ayah dengan nada girang sambil menggendong ku

"Iyaa.. abis ini langsung ke Mekdi ya!" Tanyaku memburu ayah 

"Iyaa.. langsung wusssh.. kita ke Mekdi" Tukas ayah

Aku sangat menikmati perjalanan pulang dari Rumah Sakit. Sudah terbayang betapa nikmatnya ayam goreng plus cola dan tentunya mainan terbaru dari Mekdi. 

Kala itu jalanan agak ramai, ayah memacu motor seperti biasanya. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menyerempet motor ayah. 

Deerrrrrr.. 

Motor ayah pun jatuh di jalanan. Aku sayup-sayup melihat banyak orang bergerumul, tapi tak sedikit pun aku melihat ayah. Pandanganku mulai gelap, dan akupun tak sadarkan diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun