"Hei, jangan kabur. Ini ditolongi,"
"Sini kau!"
Bapak-bapak masih mengenakan sarung saling berteriak. Mereka menariaki pengendara sepeda motor yang kabur. Sedangkan, dua orang pemuda mendekati Marno yang tertimpa gerobak dan tubuhnya terkena kuah soto yang panas.
"Ayo kita bawa ke rumah sakit!" usul seorang pemuda.
"Uang dari mana, buat sarapan kita saja belum ada. Ini tadi mau utang soto di sini," sahut yang lainnya.
"Kalau ditelponkan temannya saja bagaimana? Aku punya salah satu pedagang soto yang lain. Mereka biasa berkumpul bersama dan membuat soto. Lalu, dijual berkeliling seperti ini," usul seorang Ibu yang mengenakan daster.
"Boleh, Bu. Silakan saja, kami akan menyingkirkan gerobak dan apa saja yang masih bisa diselamatkan," kata seorang bapak berkacamata.
Marno mengerang kesakitan. Tubuhnya terkena kuah soto panas. Belum lagi, kakinya tertimpa gerobak dan terjatuh karena tubrukan yang kuat. Badan sakitnya kian tambah sakit.
Tak lama, beberapa penjual soto berdatangan. Mereka lalu sepakat membawa Marno ke tempat tukang pijat.
"Tidak ada luka darah?" tanya Budi.
"Hanya sedikit. Mungkin itu kesleo dan terkena air panas. Kuah soto mendidih dan tertimpa gerobak lalu terjatuh di aspal," sahut Haryo.