***
Hari terus berganti, Jarwo mengupayakan banyak hal. Pertama, dia lebih bangun pagi. Kedua, mandi. Ketiga, mencari informasi lebih pasti. Membaca jadi jalannya. Kata demi kata, dinikmati perlahan. Pertanyaan muncul, dicatat.
"Berapa orang mau mengganti untuk benda hijau ini ?" tanya Jarwo pada tetangganya.
"Lumayan, sekarang mulai sulit dicari. Kalau kamu ada banyak, bisa juga menaikkan harga dua kali lipat,"
"Tentu, akan tetap dicari banyak orang. Sekarang, hampir semua butuh. Bahkan, dilarang menebang pohon sekarang. Tapi, kesulitan mendapatkan api semakin terasa," keluh tetangga Jarwo.
"Apa bedanya dia dengan energi dari pohon ? Sama menghasilkan panas ? Kenapa disebut berbeda ?" tanya Jarwo.
***
Kicau burung menemani langkah Jarwo. Pagi ini, sengaja Jarwo membawa burungnya. Perut semakin lapar. Tapi, kala menatap jam ditangan. Waktu berbuka masih lama. Bulan puasa, memberi warna tersendiri bagi perjuangan. Nikmat dan heroik. Perlahan, Jarwo memastikan. Ada harapan di ujung perjalanannya, bukan soal tabung hijau. Tetapi, ada banyak temu yang harus dijumpai. Temu dengan makanan.
"Semua akan bertemu nanti sore. Ini bermanfaat, semoga saja masakan bisa cepat masak. Mereka menikmati rasa syukur dengan apa saja yang ada, bahkan ketika hanya ada senyuman," ujar Jarwo. Tak terasa, dalam pagi menjadi senyuman perpisahan.
"Nanti, aku pesan satu, Jar. Tolong dikirimkan ke rumah,"
"Semoga saja tepat waktu. Pengiriman agak terlambat,"