Energi yang Dicari
Cerpen Yudha Adi Putra
Sepuluh tabung ada di depan mata. Sudah terkumpul sejak pagi buta. Bukan karena mau dijual, Jarwo berusaha mengumpulkan. Berjalan dari rumah ke rumah. Kadang bertemu senyum, tidak jarang duka menyapa. Melihat keluarga saling bertengar. Bagi Jarwo, itu sudah biasa. Menikmati harum bunga dan teh hangat hingga batuk, juga pernah. Waktu pagi, jadi waktu kontemplasi. Menikmati saat hening, tanpa terburu. Begitu, jadi impian Jarwo. Tapi, tetap saja dia akan dicari. Datang, menghampiri ketika malam. Waktu mengetuk pintu bisa kapan saja, keheningan sulit didapat. Hanya dengan melihat burung, ia sejenak beristirahat. Bahkan, dalam waktu yang cukup singkat.
"Belum datang, nanti mencari banyak kebutuhan. Makanan dan minuman, jaminan rasa tetap terjamin. Ada berjuang, sayang kalau nanti dijual," ujar Jarwo dalam senyuman.
"Sempat datang, tapi langsung pergi. Ia tetap berdiri menghadap Timur. Menanti tempat makanan, pada sebab. Sebelum semua terlambat,"
"Tapi, waktu datang akan siap semua ?"
"Belum tentu !"
"Kita harus tetap berjaga-jaga. Tak akan pernah bisa dimengerti, kapan datang dan pergi. Perlahan saja, nikmati perasaan sepi. Dalam sepi itu, muncul berbagai kemungkinan untuk datang,"
"Belum sempat semua direncanakan. Pernah, dia datang dengan banyak kemungkinan. Menjelma jadi harapan, tumbuh dan memperjuangkan senyuman,"
"Apa yang kalian bicarakan ?"
"Perjuangan," jawab Jarwo perlahan.