"Wah, ini pasti enak sekali,"
        "Rasa tempe bacemnya manis !"
        Mereka semua menikmati jadhah tempe dengan lahap. Para pejuang kemudian saling tatap.
        "Bagaimana kalau kalian bawa bekal jadhah tempe besok waktu berjuang ?" tanya perempuan paruh baya itu.
        "Jadhah warna putih terbuat dari ketan. Perjuangan putih suci dengan ikatan persaudaraan. Itu menjadi dasar dalam kita berjuang. Kita besok pasti bisa menang !" kata pemimpin pejuang.
        "Tempe ini manis karena dibacem. Energinya akan bermanfaat untuk kalian. Manis seperti cinta dan pengharapan. Berjuanglah dengan cinta dan harapan untuk masa depan," kata perempuan setengah baya itu.
        Mereka tersenyum puas dan bangga. Ada harapan di kala krisis berjuang.
        "Kelak anak cucu kita akan mengenal jadhah tempe ini sebagai makanan legendaris pejuang," kata perempuan yang kita bisa tahu sekarang namanya, Mbah Carik.
Godean, 10 Maret 2023