"Apa saja bisa digunakan !" seru pemimpin mereka. Perang dimulai, tapi pihak musuh merasa tak ada perlawanan berarti. Namun, beberapa dari mereka mati secara senyam. Tak ada suara tembakan. Pejuang membunuh tentara penjajah tanpa bersuara.
        "Waktu pagi sudah tiba, banyak pejuang yang gugur !"
        "Kita mundur terlebih dahulu saja, ayo lari ke arah gunung !" seru pemimpin pejuang. Beberapa pejuang mengikuti. Sebelum masuk ke arah kota, tentara penjajah mengentikan perjalanan. Mereka baru menyadari, banyak temannya turut mati dengan diam-diam.
***
        Berlari mundur memang bukan harapan seorang penjuang. Tapi, mereka tak punya pilihan lain. Mungkin akan baik, jika mundur sebentar mengatur perencanaan.
        "Apa yang akan kita rencanakan esok ?" tanya seorang pejuang.
        "Saya lapar !" kata pemimpin pejuang.
        "Bagaimana dengan kalian, apakah lapar ?" lanjutnya sambil menatap satu persatu pejuang yang masih tersisa. Jumlah mereka tak ada dua puluh orang. Nampak wajah lelah dan lapar dari mereka. Tapi, terus saja berjalan.
        "Tentu, kami lapar sekali !"
        "Saya juga lapar,"
        "Rasanya aku mau pingsan,"